Kelebihan Dan Kekurangan Sistem Irigasi Tetes

Kelebihan Dan Kekurangan Sistem Irigasi Tetes - Pada pembahasan materi agro, irigasi dan drainase kali ini akan membahas mengenai apa saja kelebihan serta kekurangan yang dimiliki oleh sistim irigasi tetes jika dibandingkan dengan sistem irigasi lainnya, jika materi sebelumnya membahas mengenai pengertian dari irigasi tetes, pelajaran kali ini juga membahas metoda atau metode pemberian air pada sistem irigasi tetes, untuk lebih jelasnya sobat dapat simak dalam penjelasan singkat berikut ini!

Kelebihan Dan Kekurangan Sistem Irigasi Tetes

Saat ini sistem irigasi tetes di Indonesia sudah mulai banyak dimanfaatkan, terutama pada kegiatan usaha tani komersial dengan jenis tanaman bernilai ekonomis tinggi, seperti kebun pembibitan, bunga-bungaan. Selain itu juga, sistem irigasi tetes ini juga banyak dimanfaatkan pada daerah dengan air tersedia sangat terbatas atau sangat mahal dan tanah berpasir yang tidak cocok jika menggunakan sistem irigasi konvensional.
Penetes
Penetes

Sistem irigasi tetes mempunyai kelebihan dibandingkan dengan sistem irigasi lainnya, yaitu:
  • Meningkatkan nilai guna air. Umumnya air yang digunakan pada sistem irigasi tetes lebih sedikit dibandingkan dengan sistem irigasi lainnya. Penghematan air dapat terjadi karena pemberian air yang bersifat lokal dan jumlahnya sedikit sehingga akan menekan evaporasi, aliran permukaan dan perkolasi. Transpirasi dari gulma juga diperkecil karena daerah yang dibasahi hanya terbatas disekitar tanaman.
  • Meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil. Fluktuasi kelembaban tanah yang tinggi dapat dihindari dengan irigasi tetes dan kelembaban tanah dapat dipertahankan pada tingkat yang optimal bagi pertumbuhan tanaman.
  • Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemberian air dan pupuk. Pemberian pupuk atau bahan kimia pada metode ini dicampur dengan air irigasi, sehingga pupuk atau bahan kimia yang digunakan menjadi lebih sedikit, frekuensi pemberian lebih tinggi dan distribusinya hanya di sekitar daerah perakaran.
  • Menekan resiko penumpukan garam. Pemberian air yang terus menerus akan melarutkan dan menjauhkan garam dari daerah perakaran.
  • Menekan pertumbuhan gulma. Pemberian air pada sistem irigasi tetes hanya terbatas di daerah sekitar tanaman, sehingga pertumbuhan gulma dapat ditekan.
  • Menghemat tenaga kerja. Sistem irigasi tetes dapat dengan mudah dioperasikan secara otomatis, sehingga tenaga kerja yang diperlukan menjadi lebih sedikit. Penghematan tenaga kerja pada pekerjaan pemupukan, pemberantasan hama dan penyiangan juga dapat dikurangi.
Sedangkan kelemahan atau kekurangan dari sistem irigasi tetes adalah sebagai berikut:
  • Memerlukan perawatan yang intensif. Penyumbatan pada penetes merupakan masalah yang sering terjadi pada sistem irigasi tetes, karena akan mempengaruhi debit dan keseragaman pemberian air. Untuk itu diperlukan perawatan yang intesif pada jaringan sistem irigasi tetes agar resiko penyumbatan dapat diperkecil.
  • Penumpukan garam. Bila air yang digunakan mengandung garam yang tinggi dan pada derah yang kering, resiko penumpukan garam menjadi tinggi.
  • Membatasi pertumbuhan tanaman. Pemberian air yang terbatas pada sistem irigasi tetes menimbulkan resiko kekurangan air bila perhitungan kebutuhan air kurang cermat.
  • Keterbatasan biaya dan teknik. Sistem irigasi tetes memerlukan investasi yang tinggi dalam pembuatannya. Selain itu, diperlukan teknik yang tinggi untuk merancang, mengoperasikan dan memeliharanya.

Metoda Pemberian Air Pada Sistem Irigasi Tetes

Metode pemberian air pada sistem irigasi tetes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
  • Irigasi tetes (drip irrigation). Pada metoda ini, air irigasi diberikan dalam bentuk tetesan yang hampir terus menerus di permukaan tanah sekitar daerah perakaran dengan menggunakan penetes. Debit pemberian sangat rendah, biasanya kurang dari 12 liter/jam untuk point source emitter atau kurang dari 12 liter/jam per meter untuk line source emitter.
  • Metode irigasi bawah permukaan (sub-surface irrigation). Pada metoda ini air irigasi diberikan menggunakan penetes di bawah permukaan tanah. Debit pemberian pada metoda irigasi ini sama dengan yang dilakukan pada irigasi tetes.
  • Metode bubler irrigation. Pada metoda ini air irigasi diberikan ke permukaan tanah seperti aliran kecil menggunakan pipa kecil dengan debit sampai dengan 225 liter/jam. Untuk mengontrol aliran permukaan dan erosi, seringkali dikombinasikan dengan cara penggenangan dan alur.
  • Metode irigasi percik (spray irrigation). Pada metoda ini, air irigasi diberikan dengan menggunakan penyemprot kecil (micro sprinkler) ke permukaan tanah. Debit pemberian irigasi percik sampai dengan 115 liter/jam. Pada metoda ini, kehilangan air karena evaporasi lebih besar dibandingkan dengan metoda irigasi tetes lainnya.
Irigasi tetes juga dapat dibedakan berdasarkan jenis tetesan airnya menjadi 3 jenis yaitu, (1) air merembes sepanjang pipa lateral (viaflo), (2) air menetes atau memancar melalui alat aplikasi yang di pasang pada pipa lateral, (3) air menetes atau memancar melalui lubang-lubang pada pipa lateral.

Jenis-jenis emiter yang dijual secara komersial adalah jenis (1) in line yaitu jenis emitter yang menyambung ke pipa lateral, atau (2) on line yaitu emitter yang terpasang ke pipa tabung melalui suatu lubang ke dinding pipa. Emiter yang dijual secara komersial biasanya telah dikalibrasi dengan debit konstan 2, 4 atau 8 liter per jam. Besarnya debit sangat dipengaruhi oleh perubahan tekanan, tekanan berkurang dalam hal dekat dengan emitter. Frekuensi dan lamanya waktu pemberian air (priode) ditentukan oleh katup yang dioperasikan secara manual maupun yang diprogram secara otomatis. Katup pengatur meteran dirancang untuk menutup aliran secara otomatis setelah volume air yang diberikan di set terlebih dahulu.

Sekian pembahasan mengenai Kelebihan Dan Kekurangan Sistem Irigasi Tetes dan juga tentang Metoda Pemberian Air Pada Sistem Irigasi Tetes semoga dapat membantu dalam proses belajar sobat.