Pemanfaatan Lingkungan Berkelanjutan

Pemanfaatan Lingkungan Berkelanjutan - Pada pembahasan materi Geografi kali ini akan membahas mengenai pemanfaatan lingkungan yang berkelanjutan sesuai dengan hakikat, pengertian dan pembagian jenis lingkungan, untuk lebih jelasnya dapat sobat simak dalam penjelasan berikut ini!

Hakikat, Pengertian, dan Pembagian Jenis Lingkungan

a. Hakikat dan Pengertian Lingkungan

Berbicara tentang lingkungan, maka hal ini tidak terlepas atau dilatarbelakangi hubungan antara manusia dan lingkungannya.

Manusia sebagai komponen dari suatu lingkungan akan selalu berinteraksi dengan komponen lingkungan yang lainnya sehingga diperlukan suatu keselarasan ekologi, yaitu suatu keadaan di mana makhluk hidup ada dalam hubungan yang harmonis dengan lingkungannya sehingga terjadi keseimbangan interaksi antar-makhluk dan lingkungan.

Berangkat dari pemahaman di atas, maka kita akan mendapatkan pengertian atau definisi dari lingkungan itu sendiri.

Yang dimaksud dengan lingkungan adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam lingkungan adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam ruang yang kita tempati. Ahmad (1987:3) mengemukakan bahwa lingkungan hidup adalah sistem kehidupan di mana terdapat campur tangan manusia terhadap tatanan ekosistem. Dari dua pengertian di atas, maka sesungguhnya ilmu lingkungan mempelajari hubungan antara makhluk hidup atau biotik, seperti manusia, hewan, dan tumbuhan beserta segala sesuatu dengan yang berada di sekitarnya, baik unsur fisik, seperti batu-batuan, air, udara, angin, dan sebagainya, yang membentuk suatu kesatuan atau sistem (ekosistem) serta hubungannya yang bersifat imbal balik.

Manusia akan mendapatkan unsur-unsur yang diperlukan dalam hidupnya dari lingkungan. Semakin tinggi budaya manusia, maka beraneka ragam kebutuhan hidupnya. Hal ini dikarenakan manusia merupakan komponen biotik lingkungan yang memiliki daya pikir dan daya nalar tertinggi dibandingkan makhluk lainnya.

Hal ini disebabkan manusia secara aktif mengelola dan mengubah ekosistem sesuai dengan apa yang ia kehendaki. Sehingga peranan manusia dalam lingkungan berpengaruh besar terhadap unsur atau komponen lingkungan yang berada di dalamnya, yakni dengan kemampuannya manusia diharapkan dapat melestarikan lingkungan atau lingkungan ini akan rusak binasa akibat ulah tangan manusia. Sudah banyak bencana lingkungan yang sering terjadi sampai saat ini, seperti kebakaran hutan, banjir, dan longsor, dan masih banyak lagi bencana lingkungan yang tidak terhitung jumlahnya akibat tangan manusia.
Proses pemanasan global
Proses pemanasan global

b. Pembagian Jenis Lingkungan

Pada hakikatnya, lingkungan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu lingkungan biotik dan lingkungan nonbiotik (fisik).

Supardi (1985:2) menjelaskan pembagian sebagai berikut.
1) Lingkungan Biotik
Lingkungan biotik ialah semua benda hidup yang ada di sekitar individu, baik manusia, hewan, dan tumbuhan. Tiap unsur ini berinteraksi satu sama lainnya. Sebagai contoh, kambing akan memakan tumbuhan berupa rerumputan untuk mempertahankan hidupnya, selanjutnya kambing akan dimakan oleh manusia sebagai konsumsi protein hewani. Lalu manusia akan mengeluarkan sisa pencernaan berupa kotoran yang akan menyuburkan rerumputan tersebut.

Lingkungan ini selalu mengalami perubahan, baik secara tiba-tiba maupun perlahan-lahan. Perubahan ini berhubungan erat dengan ekosistemnya yang mempunyai stabilitas tertentu.

Sebagai contoh hutan di daerah tropis yang mengandung begitu banyak ragam tumbuh-tumbuhan dan hewan di dalamnya, walaupun tanpa perawatan tetap akan dapat mempertahankan stabilitas kehidupan. Sebaliknya, sawah atau ladang yang hanya terdiri dari beberapa stabilitas yang kecil, artinya tanpa perawatan stabilitasnya akan terganggu.

2) Lingkungan Nonbiotik (fisik)
Lingkungan ini adalah segala benda mati dan keadaan fisik yang ada di sekitar kita, misalnya sinar matahari, suhu dan kelembapan, batu-batuan, tanah mineral, air, udara dan lain-lain.

Komponen atau kelompok lingkungan nonbiotik saling berinteraksi satu sama lainnya sebagai contoh apabila di suatu wilayah kekurangan suplai sinar matahari, maka di daerah tersebut akan mendapatkan kelembapan yang tinggi.

Akibatnya, suhu di wilayah tersebut menjadi rendah. Komponen lingkungan fisik juga akan berinteraksi dengan lingkungan biotik, misalnya manusia dalam bercocok tanam akan selalu memupuk tanahnya agar tanaman tersebut hidup subur, apabila curah hujan kurang akan memberikan pengaruh terhadap persediaan air bagi manusia, hewan, dan tumbuhan.

Berdasarkan campur tangan manusia, lingkungan terbagi menjadi tiga, yaitu:

1) Lingkungan Hidup Alami
Lingkungan hidup alami adalah lingkungan hidup yang belum terkena campur tangan manusia atau mengalami modifikasi oleh manusia. Dalam lingkungan seperti ini, manusialah yang melakukan adaptasi sepenuhnya, disesuaikan dengan keadaan alam. Lingkungan yang belum dimodifikasi oleh manusia itu memiliki kecenderungan mantap dan seimbang.

2) Lingkungan Hidup Binaan
Lingkungan hidup binaan adalah lingkungan hidup yang dikelola, dimodifikasi, dibentuk dan ditentukan keadaannya oleh manusia dengan menggunakan daya nalar, akar, budi, ilmu dan teknologi serta sistem sosial, budaya, dan ekonomi.

Tujuan dibentuknya lingkungan hidup binaan adalah efisiensi dan efektivitas pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan oleh manusia. Karakteristik dari lingkungan ini adalah menonjolnya dampak teknologi dan budaya, keadaan lingkungan cenderung tidak mantap (perlu adanya subsidi energi) akibat adanya aktivitas manusia, komponen biotik dan nonbiotik cenderung tidak seimbang atau labil. Contoh lingkungan hidup binaan adalah daerah pertanian, dan peternakan.

3) Lingkungan Hidup Sosial
Lingkungan hidup sosial merupakan kesatuan ruang dengan sejumlah manusia yang hidup berkelompok sesuai dengan suatu keteraturan sosial dan kebudayaan bersama.

2. Kerusakan dan Bencana Lingkungan

Seperti yang kita ketahui sebelumnya pada awal pembahasan, bahwasannya manusia adalah komponen lingkungan yang paling mendominasi. Hal ini dikarenakan manusia memiliki adanya pikir dan nalar tinggi dibandingkan dengan anggota komponen lingkungan yang lainnya. Dalam berinteraksi dengan lingkungan manusia akan selalu memanfaatkan lingkungan ini untuk melangsungkan kehidupannya atau dengan kata lain yang terpenting adalah daya dukung dari lingkungan bagi kehidupannya. Akan tetapi, pada suatu saat lingkungan tersebut tidak dapat lagi memenuhi kehidupan penghuninya karena daya dukungnya mulai berkurang akibat eksploitasi penggalian dan pemanfaatan sumber-sumber daya alam yang berlebihan.

Rusaknya lingkungan diprediksi akan lebih banyak mengakibatkan bencana lingkungan bagi umat manusia. Hasil penelitian yang dilakukan oleh berbagai pakar dalam bidang lingkungan menunjukkan adanya kecenderungan semakin rusaknya lingkungan dari waktu ke waktu. Beberapa isu lingkungan berikut menunjukkan hal tersebut di antaranya perubahan iklim global, biodiversitas, serta pencemaran air dan udara.

Berikut beberapa contoh kerusakan lingkungan beserta ancaman bencana lingkungan yang terjadi, baik dalam skala lokal maupun global.

a. Pemanasan Global

Pemanasan global adalah gejala naiknya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan. Secara alamiah sinar matahari yang masuk ke bumi, sebagian akan dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa. Sebagian sinar matahari yang dipantulkan itu akan diserap oleh gas-gas di atmosfer yang menyelimuti bumi yang disebut gas rumah kaca sehingga sinar tersebut terperangkap dalam bumi. Peristiwa ini dikenal dengan efek rumah kaca karena peristiwanya sama dengan rumah kaca, di mana panas yang masuk akan terperangkap di dalamnya, tidak dapat menembus ke luar kaca, sehingga dapat menghangatkan seisi rumah kaca tersebut.

Istilah efek rumah kaca berasal dari para petani iklim sedang yang menanam sayur-mayur dan bunga-bungaan di dalam rumah kaca. Dalam rumah kaca dipasang pemanas sehingga ruangan dalam rumah kaca dapat dipanaskan pada waktu yang diperlukan.

Biasanya pemanas digunakan pada malam hari, musim gugur, musim dingin, dan musim semi. Dengan adanya pemanas, maka petani dapat menanam sayur-mayur dan bunga-bungaan sepanjang tahun meskipun suhu di luar sangat dingin tetapi suhu di dalam rumah kaca tetap panas. Hal ini terjadi karena cahaya matahari dapat menembus kaca dan dipantulkan kembali oleh benda-benda di dalam ruangan kaca sebagai gelombang panas yang berupa sinar inframerah. Dengan ini, udara di dalam rumah kaca yang suhunya naik dan panas terperangkap di dalam rumah kaca dan tidak bercampur dengan udara dingin di luar rumahkaca. Suhu di dalam rumah kaca pun lebih tinggi daripada di luarnya.

Efek Rumah kaca ditimbulkan oleh gas rumah kaca. Gas rumah kaca yang paling besar yang membentuk di lapisan atmosfer adalah CO 2 . Selama ini kita menganggap CO 2  sebagai suatu polutan karena CO 2  tidak beracun. Namun, karbon dioksida (CO 2 ) merupakan gas rumah kaca yang penting yang paling banyak dihasilkan dan merupakan sebab yang signifikan dalam pemanasan global. Selain CO 2 , yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah sulfur dioksida (SO 2 ), nitrogen monoksida (NO) nitrogen dioksida (NO 2 ), serta beberapa senyawa organik seperti gas metana (CH 4 ) dan khloro fluoro karbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca.

Pemanasan global ini pada akhirnya membawa dampak terjadinya perubahan Iklim yang memengaruhi kehidupan di bumi, melalui adanya perubahan musim secara ekstrem, mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer.

Pemanasan global juga mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut. Meningkatnya permukaan air laut berpengaruh besar terhadap negara kepulauan karena pulau-pulau yang ada di daratan rendah akan terendam air laut. Selain itu, perubahan iklim menyebabkan musim kemarau yang berkepanjangan yang menyebabkan kekeringan dan meningkatnya frekuensi kebakaran, yang diikuti dengan kenaikan intensitas curah hujan yang menyebabkan banjir. Meningkatnya penyebaran penyakit tropis (seperti malaria dan demam berdarah), serta sebagian flora dan fauna terancam punah karena tidak bisa beradaptasi dengan suhu yang meningkat.

Upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi pemanasan global adalah sebagai berikut.
  1. Meningkatkan pemanfaatan sumber daya tak terbaharukan (air dan sinar matahari).
  2. Mengurangi kebutuhan energi BBM dan listrik PLN.
  3. Penggantian CFC dengan teknologi yang tidak merusak ozon.
  4. Menggunakan predator alami untuk membasmi hama tanaman.
  5. Memelihara pepohonan dan menanam pohon yang lebih banyak.
  6. Dalam rumah tangga biasakan melakukan penghematan energi.
  7. Mengurangi sampah.
Pengurangan gas efek rumah kaca merupakan tanggung jawab seluruh negara, maka diperlukan konferensi internasional untuk mengurangi gas efek rumah kaca. Kesepakatan yang pernah dilakukan di antaranya, Earth Summit di Rio de Jeneiro pada tahun 1992, 150 negara berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah kaca dan setuju untuk melaksanakan pengurangan gas rumah kaca dalam suatu perjanjian yang mengikat. 

Pada tahun 1997 di Jepang, 160 negara merumuskan persetujuan yang lebih kuat yang dikenal dengan Protokol Kyoto. Perjanjian ini menyerukan kepada 38 negara-negara industri yang memegang persentase paling besar dalam melepaskan gas-gas rumah kaca untuk memotong emisi mereka ke tingkat 5% di bawah emisi tahun 1990. Pengurangan ini harus dapat dicapai paling lambat tahun 2012.

b. Polusi Udara, Air, dan Tanah

Bencana lingkungan ini yang banyak terjadi di daerah perkotaan, industri pertanian pada umumnya. Pencemaran udara banyak sekali terjadi di perkotaan karena banyaknya pada sektor industri dan banyaknya kendaraan bermotor yang menghasilkan gas CO 2 , CO, timbal, silika (SiO 2 ), dan zat berbahaya lainnya, sehingga menjadi gangguan bagi makhluk hidup di sekitarnya, seperti sesak napas, batuk kering, racun bagi fungsi-fungsi darah, dan lain-lain.

Pencemaran air dan tanah umumnya terjadi oleh tingkah laku manusia seperti oleh zat-zat deterjen, asam belerang dan zat kimia sebagai sisa hasil industri, pertanian juga dapat menyebabkan pencemaran tanah akibat penggunaan pestisida yang berlebihan. Lebih lanjut sampah-sampah rumah tangga yang di buang ke dalam sungai akan mengakibatkan turunnya produktivitas air sungai dan lingkungan secara luas.

c. Banjir

Banjir adalah peristiwa tergenangnya suatu wilayah oleh air, baik oleh air hujan, air sungai, maupun air pasang. Banjir biasanya disebabkan oleh kurangnya daerah resapan air. Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi tidak semuanya diserap oleh tanah, tetapi sebagian lagi dialirkan ke permukaan sungai. Ketika hutan semakin berkurang akibat penebangan liar, maka fungsi hutan sebagai resapan air juga berkurang. Hal ini diakibatkan karena ketika ada hutan, maka air hujan yang jatuh tidak langsung diserap oleh tanah, tetapi ditahan oleh serasah (dedaunan yang telah lapuk) dan akar-akar tanaman.

Ketika air tergenang oleh serasah dan akar tanaman, maka kesempatan tanah untuk menyerap air akan semakin lama. Akibatnya banyak air yang akan tersimpan di hutan. Berbeda dengan ketika hutan tidak ada, maka air hujan yang jatuh ke permukaan bumi akan langsung dialirkan ke sungai, dan hanya sedikit air hujan yang diserap oleh tanah, akibatnya air hujan yang dialirkan ke sungai bertambah banyak dan tidak sesuai lagi dengan daya tampung sungai maka air akan meluap dan terjadilah banjir.

Faktor lain yang menyebabkan banjir adalah curah hujan tinggi, sungai mengalami pendangkalan akibat sedimentasi, penyumbatan sungai akibat pembuangan sampah ke sungai, dan dibangunnya rumah-rumah di sekitar sungai akibat semakin berkurangnya lahan untuk perumahan, dan sedikitnya lahan kosong untuk resapan air serta tidak adanya tumbuhan untuk meresap air hujan.

Dampak yang ditimbulkan oleh banjir adalah sebagai berikut.
  1. Rusaknya rumah-rumah penduduk.
  2. Kehilangan harta benda.
  3. Menimbulkan korban jiwa, baik karena tenggelam atau hanyut terbawa oleh arus.
  4. Timbulnya bibit-bibit penyakit, seperti diare, gatal-gatal, dan demam berdarah.
Upaya yang dilakukan untuk mencegah banjir adalah sebagai berikut.
  1. Melakukan penghijauan di kawasan DAS bagian hulu.
  2. Membersihkan sampah di alur sungai.
  3. Mencegah pembuangan sampah ke sungai.
  4. Membuat waduk.
  5. Membuat sumur-sumur resapan di kota.
Selain banjir, bencana yang diakibatkan oleh keteledoran masyarakat dalam menggunakan sebidang lahan yang tidak sesuai dengan fungsinya atau peruntukannya, sehingga terjadilah longsor lahan.

Longsor adalah peristiwa bergesernya masa tanah dalam jumlah yang besar secara tiba-tiba akibat gravitasi, pemicunya curah hujan, lereng curam, dan perubahan penggunaan lahan.

d. Punahnya Keragaman Jenis (Biodiversitas)

Kerusakan lingkungan lainnya adalah semakin banyaknya spesies yang terancam punah atau bahkan punah sama sekali. Rata-rata 900.000 spesies telah menjadi punah setiap satu juta tahun selama 200 juta tahun terakhir. Indonesia termasuk negara yang memiliki daftar spesies yang terancam punah. Paling banyak yaitu 126 burung, 63 mamalia, dan 21 reptil (MoFFAO, 1991). Dengan semakin, berkurangnya keanekaragaman spesies jelas mengganggu kestabilan suatu ekosistem.

e. Kerusakan Hutan

Ilegal logging dan pembakaran hutan secara liar (seperti yang terjadi di Kalimantan dan Sumatra) merupakan bukti bahwa manusia telah memperlakukan hutan ini dengan semena-mena. Hal ini akan berdampak kepada rusaknya tatanan ekosistem hutan di dalamnya, seperti terganggunya habitat hewan, rusaknya tatanan air tanah, musnahnya berbagai jenis tumbuhan. Selain itu pula dengan terjadinya kebakaran hutan semakin meningkat pula produksi CO 2 , yang dihasilkan, yang tentunya hal ini akan meningkatnya suhu secara global.

f. Erosi dan Sedimentasi

Erosi ialah sebagai suatu peristiwa hilang atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari suatu tempat yang terangkat dari suatu tempat ke tempat lain. Hasil kikisan tanah ini akan terbawa oleh sungai yang dinamakan sedimen. Erosi ini mengakibatkan dampak terhadap lingkungan, yakni menurunnya produktivitas lahan pertanian dan apabila ini dibiarkan tanpa adanya usaha konservasi, maka akan terjadi degradasi lahan. Sedimen yang berasal dari erosi tanah yang berasal dari hulu yang terbawa aliran permukaan sampai ke saluran sungai akan mengakibatkan polusi, kemurnian air berkurang, dan air sungai menjadi keruh sehingga mengakibatkan tumbuhan di dalam air meningkat dan kandungan oksigen menurun. Dengan demikian akan memengaruhi kandungan makhluk hidup dalam air.

g. Hujan Asam (H 2 SO 4 )

Hujan asam disebabkan oleh zat pencemar oksida belerang dan oksida nitrogen yang dihasilkan dalam pembakaran bahan bakar minyak dan batu bara. Oksida itu dalam udara mengalami proses kimia menjadi asam dan turun ke bumi bersama hujan atau salju, sehingga hujan atau salju itu bersifat asam. Hujan asam dapat mengakibatkan rusaknya bangunan terutama di daerah perkotaan, matinya tanaman pertanian dan perkebunan.
Proses Hujan asam
Proses Hujan asam

h. Perubahan Lingkungan

Secara alamiah, lingkungan berada pada suatu keseimbangan yang disebut dengan equilibrium. Tetapi dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia memanfaatkan lingkungan dengan sebesar-besarnya sehingga melebihi kapasitas atau daya dukung lingkungan sendiri. Daya dukung lingkungan adalah kemampuan alami lingkungan untuk melanjutkan
kehidupan.

Ketika daya dukung lingkungan berubah akibat aktivitas manusia, maka lingkungan akan mengalami perubahan. Perubahan lingkungan diakibatkan oleh dua faktor, yaitu faktor alam dan faktor manusia, tetapi manusia memegang peranan penting dalam mengendalikan alam.

Perubahan yang diakibatkan oleh manusia terhadap alam sangat besar sehingga menimbulkan ketidakseimbangan alam. Pemanasan global, banjir, kerusakan hutan, punahnya keragaman jenis (biodiversitas), erosi, hujan asam, dan polusi adalah bencana atau kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh manusia.

Pemanasan global diakibatkan oleh banyaknya gas rumah kaca terutama gas CO 2  yang dihasilkan dari aktivitas industri dan kendaraan. Semakin banyak CO 2  dipermukaan bumi dan sedikitnya pepohonan untuk menyerap CO 2  maka suhu di permukaan bumi akan meningkat dan berakibat hewan dan tumbuhan tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan, akhirnya akan terjadi punahnya keragaman jenis (biodiversitas).

Hewan dan tumbuhan tidak memiliki lagi habitat aslinya Banjir, kerusakan hutan, erosi dan longsor diakibatkan oleh hutan yang semakin sedikit karena penebangan liar, pembukaan hutan untuk industri atau pemukiman. Penebangan liar mengakibatkan hutan menjadi rusak dan tidak dapat berfungsi lagi untuk menyerap air hujan. Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi akan langsung dialirkan ke sungai. Air yang mengalir dengan intensitas yang tinggi adalah pelaku utama banjir, erosi dan longsor.

Polusi udara, air dan tanah adalah dampak dari aktivitas manusia. Pembuangan limbah industri, sisa peptisida, dan pembuangan sampah akan mencemari air dan tanah. Asap pabrik yang tidak disaring terlebih dahulu dan asap kendaraan bermotor adalah sebagian penyebab dari polusi udara.

Dari bencana atau kerusakan lingkungan yang telah diuraikan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa lingkungan mempunyai keterbatasan dalam memenuhi kesejahteraan manusia. Polusi atau pencemaran lingkungan adalah segala sesuatu yang dilepaskan ke alam dan berakibat menurunnya kualitas lingkungan. Kualitas lingkungan yang menurun mengakibatkan kurang atau tidak berfungsi lingkungan itu sesuai dengan peruntukannya.

Menurut Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982, polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan menurun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut polutan. Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup.

Contohnya, karbon dioksida dengan kadar 0,033% di udara berfaedah bagi tumbuhan, tetapi bila lebih tinggi dari 0,033% dapat memberikan efek merusak. Suatu zat dapat disebut polutan apabila:
  1. jumlahnya melebihi jumlah normal,
  2. berada pada waktu yang tidak tepat, dan
  3. berada pada tempat yang tidak tepat.
Sifat polutan adalah sebagai berikut.
  1. Merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zat lingkungan tidak lagi merusak.
  2. Merusak dalam jangka waktu lama. Contohnya timbal tidak merusak bila konsentrasinya rendah. Akan tetapi dalam jangka waktu yang lama, timbal dapat terakumulasi dalam tubuh sampai tingkat yang merusak.
Macam-macam pencemaran dapat dibedakan berdasarkan pada tempat terjadinya, macam bahan pencemarnya, dan tingkat pencemaran.

a. Menurut Tempat Terjadinya

  • Polusi udara, dapat berupa gas dan partikel.
  1. Gas H 2 S, yang beracun, terdapat di kawasan gunung berapi atau dari hasil pembakaran minyak bumi dan batu bara.
  2. Gas CO dan CO 2,  bersifat racun, bila melebihi normal dapat mengganggu pernapasan. Bila gas CO 2 di bumi jumlahnya berlebihan, berakibat pada pemanasan global.
  3. Partikel SO 2 dan NO 2, membentuk awan dekat tanah yang dapat mengganggu pernapasan.
  4. Asam sulfur, menyebabkan hujan asam. Hujan asam dapat menyebabkan gangguan pada manusia, hewan, maupun tumbuhan.
  5. Bahan radioaktif, misalnya nuklir, dapat menyebabkan berbagai penyakit akibat kelainan gen dan bahkan kematian.
  • Polusi air, dapat disebabkan oleh beberapa hal, yakni sebagai berikut.
  1. Pembuangan limbah industri, sisa insektisida, dan pembuangan sampah.
  2. Sampah organik yang busuk menyebabkan jumlah oksigen dalam air menjadi berkurang. Hal ini dapat mengganggu aktivitas kehidupan organisme air.
  3. Fosfat, NO 3 , dan pupuk pertanian menyebabkan eutrofikasi (penimbunan mineral) yang menyebabkan cepatnya pertumbuhan alga. Hal ini mengakibatkan sejumlah tanaman tidak dapat berfotosintesis karena sinar matahari terhalang alga-alga tersebut. Tanaman-tanaman itu akhirnya mati dan mengalami pembusukan sehingga persediaan oksigen dalam air itu menjadi berkurang.
  4. Tumpahan minyak bumi menyebabkan rusaknya ekologi air dalam skala besar.
  • Polusi tanah, dapat disebabkan beberapa hal.
    1. Sampah-sampah plastik, karet sintetis, pecahan kaca, dan kaleng.
    2. Detergen yang sulit diuraikan (non-biodegradable).
    3. Zat kimia dari buangan pertanian, misalnya insektisida.
  • Polusi suara, disebabkan oleh suara bising kendaraan bermotor, kapal terbang, deru mesin pabrik, dan peralatan rumah tangga.

b. Menurut Jenis Polutannya

  • Bahan kimiawi, misalnya berupa:
  1. zat radioaktif,
  2. logam (Hg, Pb, As, Cd, Cr, dan Ni),
  3. pupuk anorganik,
  4. pestisida,
  5. detergen dan,
  6. minyak.
  • Bahan biologi, yang berupa mikroorganisme, misalnya Escherichia coli, Entamoeba coli, dan Salmonella thyposa.
  • Bahan fisik (material), misalnya kaleng-kaleng, botol, plastik, dan karet.

c. Menurut Tingkat Pencemaran

Tingkat pencemaran dibedakan menjadi tiga macam.
  1. Pencemaran yang mengakibatkan iritasi ringan pada panca indra dan tubuh serta menimbulkan kerusakan pada ekosistem lain.
  2. Pencemaran yang mengganggu reaksi faal tubuh dan menyebabkan sakit yang kronis.
  3. Pencemaran yang kerusakan total ataupun kematian. Misalnya, polusi oleh zat radioaktif nuklir.
Indikator-indikator pencemaran adalah sebagai berikut.
  • Indikator kimia, meliputi CO 2 , pH, alkalinitas, fosfor, dan logam-logam berat.
  • Indikator biokimia, yaitu dengan mengetahui kadar oksigen dalam air (biological oxygen demand, BOD). BOD digunakan untuk mengukur banyaknya pencemar organik. Ukuran yang ideal, kadar oksigen dalam air tidak boleh kurang dari 3 ppm.
  • Indikator fisik, meliputi temperatur, warna, rasa, bau, kekeruhan, dan radioaktivitas.
  • Indikator biologi, yakni ada atau tidaknya mikroorganisme, misalnya bakteri coli, virus, bentos, dan plankton.
Dari uraian di atas, kita dapat melihat bahwa lingkungan sangat penting bagi kita. Oleh karena itu sebisa mungkin kita harus menjaga dan melestarikannya.
  • Ilmu lingkungan mempelajari hubungn antarmakhluk hidup atau biotis, seperti manusia, hewan, dan tumbuhan beserta segala sesuatu dengan yang berada di sekitanya baik unsur fisik, seperti : batu-batuan, air, udara, angin, dan sebagainya, yang membentuk suatu kesatuan atau sistem (ekosistem) serta hubungannya yang bersifat timbal balik.
  • Pembagian jenis lingkungan pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu lingkungan biotik dan nonbiotik.
Sekian pembahasan mengenai Pemanfaatan Lingkungan Berkelanjutan semoga dapat menjawab pertanyaan yang sobat cari, jika bukan artikel ini yang sobat cari, mungkin materi dibawah ini dapat menjawabnya, selamat belajar!