MODALITAS, SEGMENTAL DAN SUPRASEGMENTAL

MODALITAS, SEGMENTAL DAN SUPRASEGMENTAL

Pengertian Keterangan Modalitas

Menurut Kridalaksana (dalam Markhamah, 2009: 143) keterangan modalitas adalah bagian klausa yang menyatakan kemungkinan, harapan, kepastian, kesangsian, dan kebalikan dari itu. Di samping itu, menurut Keraf (dalam Markhamah, 2009: 144), berdasarkan maknanya keterangan modalitas dibagi menjadi beberapa jenis.

a. Kondisional (syarat)

Ditandai dengan kata jika, jikalau, apabila, kalau, kalaupun, dan asalkan.
Contoh:

1. Dia harus giat belajar jika ingin nilainya sempurna.
2. Buah mangga itu akan manis jikalau sudah matang.
3. Apabila saya tidak lulus tes, saya akan merasa kecewa.
4. Masalah tidak dapat terselesaikan kalau kamu hanya mengangis.
5. Kalaupun nanti aku diterima di sekolah itu, tidak akan membuatku melupakan sekolah ini.
6. Tanaman itu bisa tumbuh dengan subur asalkan dirawat dengan baik.

   

   MODALITAS, SEGMENTAL DAN SUPRASEGMENTAL

b. Kepastian

Ditandai dengan kata pasti, pastinya, sungguh, dan sesungguhnya.
Contoh:

1. Nilaimu jatuh pasti karena kamu malas belajar.
2. Tanpa harus aku mengatakan masalah itu, pastinya dia sudah tahu.
3. Aku sungguh tidak menyangka hal ini terjadi.
4. Sesungguhnya, aku tidak pernah marah pada Nina.

c. Kemungkinan (potensial)

Ditandai dengan kata mungkin dan kemungkinan.
Contoh:

1. Mungkin saat ini dia sedang belajar mati-matian untuk memperbaiki nilainya.
2. Berdasarkan informasi yang aku dengar, kemungkinan hari ini akan hujan deras.

d. Keragu-raguan (dubutatif)

Ditandai dengan kata barangkali, kira-kira, rupanya, dan kalau-kalau.
Contoh:

1. Barangkali ayah sedang sibuk, hingga tidak sempat mengangkat telepon.
2. Kira-kira kapan saya dapat menemui Anda?
3. Rupanya dia sudah menyelesaikan tugasnya dengan tepat waktu.
4. Bawalah payung ini, kalau-kalau nanti di jalan hujan.

e. Optatif (harapan)

Ditandai dengan kata semoga, mudah-mudahan, moga-moga, dan harapan.
Contoh:

1. Semoga Ali lekas sembuh dan dapat kembali belajar dengan kita.
2. Aku berdoa mudah-mudahan bisa naik kelas dengan nilai yang memuaskan.
3. Moga-moga semua masalah ini cepat berakhir.
4. Aku berharap suatu saat nanti dapat menjadi seorang guru yang bijak.

f. Desideratif (keinginan)

Ditandai dengan kata ingin, berkeinginan, dan mau.
Contoh:

1. Aku datang ke sini hanya ingin meminta maaf padamu.
2. Dia berkeinginan keliling dunia jika sudah sukses.
3. Aku mau membeli kamus di toko buku itu.

Kalimat Berunsur Segmental dan Suprasegmental

Kalimat yang kita ucapkan sesungguhnya berunsur segmental dan suprasegmental. Unsur segmental adalah unsur kalimat yang berupa kata-kata yang dapat dituliskan. Menurut Masnur Muslich (2008), bunyi segmental ialah bunyi yang dihasilkan oleh pernapasan, alat ucap, dan pita suara.

Unsur segmental ada empat macam.
a. Konsonan adalah bunyi yang terhambat oleh alat ucap, misalnya: /p/ dalam atap.
b. Vokal adalah bunyi yang tidak terhambat oleh alat ucap, misalnya: /a/ dalam bunga.
c. Diftong adalah dua vokal yang dibaca satu bunyi, misalnya: /ai/ dalam sungai, /au/ dalam kau.
d. Kluster adalah dua konsonan yang dibaca satu bunyi. Contoh kluster/konsonan rangkap.

• ng : yang
• ny : nyonya
• kh : khusus, khas, khitmad
• pr : produksi, prakarya, proses
• kr : kredit, kreatif, kritis, krisis
• sy : syarat, syah, syukur
• str : struktur, strata, strategi
• spr : sprai
• tr : tradisi, tragedi, tragis, trauma, transportasi

Unsur suprasegmental merupakan unsur yang mengiringi pengucapan kata-kata yang hanya bisa disuarakan. Akan tetapi, tidak dapat dituliskan seperti lafal, intonasi, dan jeda. Mengucapkan bunyi bahasa dengan lafal, intonasi, dan jeda yang tepat dapat memperjelas isi turunan. Sebaliknya ketidaklaziman dalam pengucapan lafal, intonasi, dan jeda dapat mengganggu penyampaian informasi yang ada pada tuturan tersebut.

a. Lafal

Lafal adalah cara sekelompok orang dalam mengucapkan
bunyi bahasa. Dalam bahasa Indonesia dikenal bunyi vokal
dan bunyi konsonan.

• 1) Vokal

Vokal adalah bunyi bahasa yang arus udara keluar dari rongga mulut tidak mengalami rintangan. Bahasa Indonesia juga mengenal bunyi diftong (vokal rangkap). Diftong ini merupakan dua huruf vokal yang melambangkan satu bunyi yang tidak dapat dipisahkan. Adapun bunyi diftong tersebut adalah ai, au, oi. Bunyi diucapkan satu hembusan napas. Diftong ai bukan a dan i, menggulai (kambing) bukan menggulai (teh).

Contoh:
harimau
ramai
koboi

• 2) Konsonan

Selain bunyi diftong pada vokal, dikenal juga bunyi frikatif pada konsonan. Bunyi frikatif adalah bunyi yang dihasilkan ketika arus udara melewati saluran sempit sehingga mengeluarkan bunyi desis. Konsonan frikatif bersuara adalah /z/, sedangkan konsonan frikatif tak bersuara adalah /f/, /s/, /x/, dan /h/. Dalam pengucapan bunyi-bunyi konsonan tertentu sebagian orang sering mengalami kesulitan misalnya /f/ dilafalkan /p/. Hal ini dipengaruhi oleh dialek dan idiolek. Dialek variasi bahasa menurut kelompok pemakainya, sedangkan idiolek adalah keseluruhan ciri seseorang dalam berbahasa.

Contoh:
Frikatif bersuara, misalnya: zaman, izin, zakat.
Frikatif tak bersuara, misalnya: fabel, hujan, deras.

b. Intonasi

Intonasi adalah tinggi rendahnya nada dalam pengucapan sehingga membentuk lagu kalimat. Intonasi akan menunjukan kalimat tersebut sudah selesai atau masih jeda, menunjukan tuturan memberi tahu, bertanya, ataukah menyuruh. Intonasi yang tepat dalam pengucapan akan memperjelas maksud tuturan. Sebaliknya, intonasi yang tidak tepat akan menimbulkan penafsiran yang berbeda terhadap maksud tuturan.

c. Jeda

Jeda merupakan hentian sejenak dalam ujaran. Penggunaan jeda dalam tuturan sangat berpengaruh terhadap tersampaikannya maksud tuturan. Jeda biasanya digunakan untuk memisahkan frasa agar memberikan kejelasan maksud ujaran. Dalam suatu runtutan bunyi yang terus-menerus diselang-seling dengan jeda singkat atau agak singkat, disertai dengan keras lembut bunyi, tinggi rendah bunyi, panjang pendek bunyi, dan ada bunyi yang dapat disegmentasikan yang disebut bunyi segmental.

1) Tekanan atau Stres
Menyangkut masalah keras lunaknya bunyi.

2) Nada atau Pitch
Berkenaan dengan tinggi rendahnya bunyi.

3) Jeda atau Persendian
Berkenaan dengan hentian bunyi dalam arus ujar. Ada tiga macam jeda.
a) Jeda antarkata atau frasa tanpa menarik napas, diberi tanda (/).
b) Jeda yang menandai koma atau titik dengan berhenti sesaat untuk mengambil napas, diberi tanda (//).
c) Jeda yang menandai perhentian relatif lebih lama untuk mengambil napas beberapa kali, diberi tanda(///).