Gempa Bumi dan Pembagian Skala Richter - Gempa bumi ialah getaran permukaan bumi yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan dari dalam. Dilihat dari intensitasnya, ada dua macam gempa sebagai berikut.
Besaran (magnitudo) gempa yang didasarkan pada amplitudo gelombang tektonik dicatat oleh seismograf dengan menggunakan skala Richter.
Pembagian Skala Richte
Skala Ciri-ciri
2,0 - 3,4 tidak terasa, tetapi terekam seismograf
3,5 - 4,2 hanya terasa oleh beberapa orang
4,3 - 4,8 terasa oleh banyak orang
4,9 - 5,4 terasa oleh semua orang
5,5 - 6,1 sedikit merusak bangunan
6,2 - 6,9 merusak bangunan
7,0 - 7,3 rel kereta api bengkok
7,4 - 7,9 kerusakan hebat
≥ 8,0 kerusakan luar biasa
Berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dewasa ini telah ditemukan beberapa cara untuk mengetahui pusat gempa, yaitu sebagai berikut.
Δ = {(S – P) – 1} x 1 megameter
Δ = jarak episentrum
S – P = selisih waktu pencatatan gelombang primer dengan gelombang sekunder, dalam satuan menit.
Misalnya:
Di Jepang misalnya di daerah yang sering terjadi gempa, rumah-rumah dan gedung-gedung telah dibangun dengan konstruksi yang lebih tahan terhadap gempa dan masyarakatnya telah dilatih cara-cara menyelamatkan diri dari bahaya gempa. Dengan demikian, bahaya yang lebih besar dapat diatasi. Memang tidak mungkin mencegah terjadinya gempa, tetapi dengan kemajuan ilmu dan teknologi setidaktidaknya dapat mengurangi bahaya yang ditimbulkan.
Bila terjadi gempa bumi di laut dengan kekuatan di atas 7,0 skala richter dapat menimbulkan gelombang tsunami yang mengancam korban manusia, seperti di Aceh tahun 2004 dengan korban lebih dari 200.000 orang dan di Pangandaran tahun 2006 lebih dari 700 orang.
Sekian pembahasan materi Gempa Bumi dan Pembagian Skala Richter semoga memberi manfaat.
- Gempa Macroseisme, Gempa Macroseisme yaitu gempa yang intensitasnya besar dan dapat diketahui tanpa menggunakan alat.
- Gempa Microseisme, Gempa Microseisme yaitu gempa yang intensitasnya kecil dan hanya dapat diketahui dengan menggunakan alat perekam.
Gempa Bumi dan Pembagian Skala Richter
Dalam kajian seismologi ini diperlukan berbagai alat. Salah satu alat yang terpenting ialah seismograf atau alat untuk mencatat gempa. Ada dua macam seismograf, yaitu sebagai berikut.- Seismograf horizontal, Seismograf horizontal yaitu seismograf yang mencatat getaran bumi pada arah horizontal.
- Seismograf vertikal, Seismograf vertikal yaitu seismograf yang mencatat getaran bumi pada arah vertikal.
- a) Seismograf horizontal dan
- b) Seismograf vertikal
- c) Perhatikan cara kerja seismograf vertikal.
Besaran (magnitudo) gempa yang didasarkan pada amplitudo gelombang tektonik dicatat oleh seismograf dengan menggunakan skala Richter.
Pembagian Skala Richte
Skala Ciri-ciri
2,0 - 3,4 tidak terasa, tetapi terekam seismograf
3,5 - 4,2 hanya terasa oleh beberapa orang
4,3 - 4,8 terasa oleh banyak orang
4,9 - 5,4 terasa oleh semua orang
5,5 - 6,1 sedikit merusak bangunan
6,2 - 6,9 merusak bangunan
7,0 - 7,3 rel kereta api bengkok
7,4 - 7,9 kerusakan hebat
≥ 8,0 kerusakan luar biasa
Berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dewasa ini telah ditemukan beberapa cara untuk mengetahui pusat gempa, yaitu sebagai berikut.
- Dengan menggunakan hasil pencatatan seismograf, yaitu satu seismograf vertikal, satu seismograf horizontal yang berarah utara-selatan, dan satu lagi seismograf horizontal yang berarah timur-barat. Dengan tiga seismograf ini akan ditemukan letak episentrum.
- Dengan menggunakan tiga tempat yang terletak dalam satu homoseista. Ketiga tempat yang terletak dalam satu homoseista itu dihubungkan, kemudian ditarik garis sumbu pada garis yang menghubungkan tempat-tempat pencatatan.
- Dengan menggunakan tiga tempat yang mencatat jarak episentrum.
Δ = {(S – P) – 1} x 1 megameter
Δ = jarak episentrum
S – P = selisih waktu pencatatan gelombang primer dengan gelombang sekunder, dalam satuan menit.
Misalnya:
- Kota X mencatat jarak episentrum 5000 km
- Kota Y mencatat jarak episentrum 7000 km
- Kota Z mencatat jarak episentrum 4000 km
Di Jepang misalnya di daerah yang sering terjadi gempa, rumah-rumah dan gedung-gedung telah dibangun dengan konstruksi yang lebih tahan terhadap gempa dan masyarakatnya telah dilatih cara-cara menyelamatkan diri dari bahaya gempa. Dengan demikian, bahaya yang lebih besar dapat diatasi. Memang tidak mungkin mencegah terjadinya gempa, tetapi dengan kemajuan ilmu dan teknologi setidaktidaknya dapat mengurangi bahaya yang ditimbulkan.
Bila terjadi gempa bumi di laut dengan kekuatan di atas 7,0 skala richter dapat menimbulkan gelombang tsunami yang mengancam korban manusia, seperti di Aceh tahun 2004 dengan korban lebih dari 200.000 orang dan di Pangandaran tahun 2006 lebih dari 700 orang.
Sekian pembahasan materi Gempa Bumi dan Pembagian Skala Richter semoga memberi manfaat.