Menentukan Ide Pokok Bacaan dengan Membaca Cepat

Menentukan Ide Pokok Bacaan dengan Membaca Cepat - Sebagai seorang pelajar tentu kamu sudah terbiasa membaca. Seringkali kamu diminta oleh guru untuk membaca dalam hati buku pelajaran di kelas. Dalam waktu yang singkat, kamu diharapkan dapat memahami materi pelajaran, sebelum guru kamu menjelaskannya lebih lanjut. Kegiatan membaca semacam itu tergolong kegiatan membaca cepat.


Membaca cepat adalah sejenis membaca dalam hati secara intensif, yang menuntut mata kita untuk bergerak dengan cepat, melihat, memperhatikan suatu teks/bacaan untuk mencari atau mendapatkan suatu informasi/penerangan (H.G. Tarigan, 1987: 22). Seorang siswa dapat dikatagorikan mempunyai kemampuan membaca yang baik jika mampu memahami suatu bacaan, dengan kecepatan membaca 250 kata/menit. Target utamanya bukanlah kamu harus secepat mungkin membaca teks, tetapi bagaimana kamu dapat memahami isi suatu teks dengan membaca secepat mungkin.

Menentukan Ide Pokok Bacaan dengan Membaca Cepat
Menentukan Ide Pokok Bacaan dengan Membaca Cepat
Agar target membaca cepat tercapai secara maksimal, kamu dapat melakukannya dengan memperhatikan hal-hal berikut.

a. Bacalah teks bacaan paragraf demi paragraf secara runtut, sebab dalam satu paragraf paling tidak ada satu hal yang penting, yang ingin disampaikan penulis pada pembacanya.

b. Perhatikan hubungan paragraf satu dengan yang lainnya. Adakalanya suatu paragraf merupakan paragraf penegas dari paragraf yang lain. Dalam kaitan ini kamu dapat memperhatikan kata penghubung paragraf yang digunakan.

c. Perhatikan bagaimana penulis mengungkapkan alasan-alasan, perincian-perincian, contoh-contoh, membandingkan atau mempertentangkan suatu hal. Pada umumnya semua itu untuk memperjelas pokok permasalahan.

Menanamkan Asertivitas pada Remaja

Menanamkan Asertivitas pada Remaja - Di era keterbukaan ini, setiap orang rasanya tidak perlu takut lagi untuk mengemukakan atau mengekspresikan pendapat. Kebebasan berekspresi ini, bahkan telah dijamin oleh negara secara konstitusional.

Sayangnya orang masih merasa takut mengemukakan keinginan atau pendapatnya secara terbuka. Perasaan malu dan takut semacam ini juga sering ditemui di dalam diri siswa di sekolah, khususnya mereka yang masih di usia remaja.

Akibat rasa malu dan takut untuk mengekspresikan keinginan dan pendapatnya, proses belajar mengajar yang interaktif sulit dicapai. Siswa cenderung diam daripada membuka perdebatan atau dialog dengan guru maupun dengan sesama siswa. Kondisi semacam ini tentu saja sangat tidak kondusif bagi upaya pembelajaran yang bersifat dialogis dan interaktif. Oleh sebab itu, kemampuan asertif perlu ditanamkan dalam diri siswa sedini mungkin.

Asertivitas

Asertivitas merupakan kemampuan seseorang untuk mengemukakan pendapat, saran, dan keinginannya secara langsung, jujur, dan terbuka pada orang lain. Orang yang asertif adalah orang yang memiliki keberanian untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya, mempertahankan hak-hak pribadinya, serta menolak permintaan-permintaan yang tidak beralasan (Rathus, 1982). Asertivitas bukan hanya berarti seseorang dapat bebas berbuat sesuatu yang diinginkannya, tetapi di dalam asertif terkandung berbagai pertimbangan mengenai baik-buruknya suatu sikap dan perilaku yang akan muncul.

Ciri orang yang memiliki kemampuan asertif, antara lain:
1. Bebas berpendapat, baik melalui kata-kata maupun tindakan.
2. Dapat berkomunikasi secara langsung dan terbuka.
3. Mampu memulai, melanjutkan, dan mengakhiri pembicaraan secara baik.
4. Mampu menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pendapat orang lain, atau menolak segala sesuatu yang tidak beralasan dan cenderung bersifat negatif.
5. Mampu mengajukan permintaan dan bantuan kepada orang lain ketika membutuhkan.
6. Mampu menyatakan perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan.
7. Memiliki sikap dan pandangan yang aktif terhadap kehidupan.
8. Menerima keterbatasan yang ada dalam dirinya dengan tetap berusaha untuk mencapai keinginannya sebaik mungkin, sehingga baik berhasil maupun tidak berhasil ia akan tetap memiliki harga diri dan kepercayaan diri (Fensterheim dan Baer, 1980: Lazuarus, 1991)

Usia remaja merupakan masa di mana seseorang mulai banyak berinteraksi secara intensif dengan lingkungan di luar keluarganya. Pada usia remaja semacam itu, sikap dan perilaku asertif akan sangat bermanfaat terutama ketika bergaul dengan orang lain, baik yang sama usia dan status sosialnya maupun yang berbeda. Manfaat yang bisa dipetik oleh seorang remaja yang memiliki kemampuan asertif antara lain:

Kemampuan asertif antara lain

Pertama, sikap dan perilaku yang asertif akan memudahkan remaja dalam bersosialisasi, menjalin hubungan interpersonal secara efektif, untuk berinteraksi dengan siapapun.

Kedua, dengan kemampuan mengungkapkan apa yang dirasakan dan diinginkan secara langsung, dapat menghindari munculnya ketegangan, perasaan tidak nyaman akibat menahan dan menyimpan sesuatu yang ingin diutarakannya.

Ketiga, asertivitas akan membuat remaja mampu mencari solusi dari berbagai kesulitan yang dihadapinya, sehingga permasalahan tidak menjadi beban yang berlarut-larut.

Keempat, asertivitas akan membantu remaja untuk meningkatkan kemampuan kognitifnya, memperluas wawasan tentang lingkungan, dan tidak berhenti pada sesuatu yang tidak diketahuinya.

Kelima, asertif terhadap orang lain yang bersikap atau berperilaku yang kurang tepat, bisa membantu remaja bersangkutan untuk lebih memahami kekurangannya sendiri dan bersedia memperbaiki kekurangannya itu.

Peran orang tua dan guru

Untuk menanamkan asertivitas pada diri remaja, ada dua komponen utama yang sangat berperan, yaitu orang tua dan guru di sekolah. Orang tua harus mampu mengembangkan iklim keterbukaan dalam keluarga, dialogis, dan demokratis. Siap mendengarkan, memotivasi berbagai permasalahan yang dihadapi anak dalam kehidupannya.

Guru di sekolah harus memberi pengertian apa yang dimaksud asertivitas dengan memberikan contoh perilaku yang nyata. Membiasakan siswa untuk berdiskusi dengan memberikan stimulasi secara kontinu. Memberi reward pada siswa yang aktif serta memberi kesempatan untuk siswa yang pasif, dengan tetap menghargai meskipun pendapat itu kurang tepat. Menciptakan suasana yang menyenangkan selama proses belajar-mengajar agar siswa tidak merasa tegang dalam mengikuti pelajaran.

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut tanpa membaca teks kembali!
  1. Apa yang dimaksud dengan asertivitas?
  2. Apa yang dimaksud orang asertif?
  3. Selain mampu mengemukakan pendapat, orang yang asertif adalah orang yang memiliki kemampuan apa saja?
  4. Mengapa asertivitas perlu ditanamkan pada remaja?
  5. Apa manfaat memiliki kemampuan asertif?
  6. Jelaskan ciri-ciri orang yang memiliki kemampuan asertif?
  7. Komponen utama apa yang sangat berperan dalam menanamkan asertivitas pada diri remaja? Mengapa kedua komponen mempunyai peran penting untuk menanamkan asertivitas pada diri remaja?
  8. Apa yang dimaksud dengan era keterbukaan?
  9. Apakah kemampuan asertifmu sudah cukup? Jelaskan menurut pendapatmu kendala-kendala dalam meningkatkannya!
  10. Jelaskan menurut pendapatmu, apa maksud bahwa kebebasan berekspresi telah dijamin pemerintah secara konstitusional?