Manfaat, Faktor yang Mendasari, Teori dan Aspek Interaksi Kota

Manfaat, Faktor yang Mendasari, Teori dan Aspek Interaksi Kota - Interaksi merupakan hubungan imbal balik antara pihak-pihak tertentu, antara orang perseorangan dengan orang perseorangan, antara perseorangan dengan kelompok, ataupun dari tanggapan antarmanusia. Berinteraksi merupakan kebutuhan setiap manusia dan juga merupakan kunci dari semua kehidupan sosial.

Manfaat, Faktor yang Mendasari, Teori dan Aspek Interaksi Kota

Tanpa adanya interaksi, tidak mungkin ada kehidupan bersama. Bentuk interaksi kota merupakan hubungan imbal balik keruangan yang di dalamnya tidak hanya antara manusia saja, melainkan terjadi pula proses pergerakan materi yang berupa barang dan peralihan immateri, misalnya informasi, tradisi, atau pandangan hidup. Interaksi kota dapat terjadi karena berbagai faktor, antara lain:
  1. adanya kemampuan masyarakat kota,
  2. perluasan jaringan jalan antara kota-kota itu,
  3. kebutuhan imbal balik antara kota-kota itu, atau
  4. adanya pengaruh dari satu kota terhadap kota lainnya.

1. Manfaat Interaksi Kota

Dalam kenyataannya, wujud interaksi itu tidak hanya berlangsung antara kota dengan kota, melainkan juga antara kota dengan desa. Kedua jenis interaksi itu berlangsung terus tanpa henti. Hal ini dapat kita saksikan dengan hilir mudiknya kendaraan yang memadati jalan raya, atau pun gaungnya aneka siaran televisi dan radio dari satu kota ke kota lain atau ke sudut-sudut desa yang jauh sekalipun.
Manfaat, Faktor yang Mendasari, Teori dan Aspek Interaksi Kota
Manfaat, Faktor yang Mendasari, Teori dan Aspek Interaksi Kota

a. Pengaruh Positif dan Pengaruh Negatif Interaksi Kota

Adanya interaksi itu menimbulkan aneka pengaruh, baik yang positif maupun yang negatif. Pengaruh-pengaruh tersebut ialah sebagai berikut.

1) Pengaruh Positif
a) Tingkat pengetahuan penduduk semakin meningkat.
Peningkatan pengetahuan penduduk itu bisa terjadi karena pergaulan atau adanya saling tukar informasi dan pengalaman antarpenduduk; pendirian lembaga lembaga pendidikan, dan keterampilan (khusus); melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi; dan arus informasi, baik lewat media elektronik maupun surat kabar.
b) Bertambahnya kaum cendekiawan di daerah-daerah pedesaan, sebagai penggerak pembangunan
di daerahnya.
c) Gairah perekonomian penduduk semakin meningkat.
d) Adanya alih-alih dan penggunaan teknologi tepat guna —khususnya di daerah-daerah pedesaan– dapat meningkatkan aneka produksi masyarakat sehingga pendapatannya pun semakin meningkat.
e) Bagi penduduk kota, akan lebih mudah memperoleh bahan-bahan konsumsi pertanian dengan harga yang relatif murah.

2) Pengaruh Negatif
a) Terbukanya kesempatan kerja dan daya tarik kota di berbagai bidang telah banyak menyerap tenaga kerja muda dari desa-desa sehingga desa mengalami kekurangan tenaga potensial untuk mengolah lahan-lahan pertanian, dan pembangunan daerahnya.
b) Wilayah pedesaan akan menjadi lahan yang menarik bagi masyarakat kota sehingga tidak sedikit dari mereka yang membelinya. Wilayah pedesaan ini dibeli bukan untuk diolah menjadi lahan pertanian yang produktif, melainkan mereka jadikan tempat-tempat industri, rekreasi, ataupun sekadar untuk tempat peristirahatan. Bila tanpa disertai peraturan yang jelas dan tegas, tidak tertutup kemungkinan untuk timbulnya hal-hal seperti:
  1. kawasan hijau semakin berkurang,
  2. penyempitan lahan pertanian produktif,
  3. penurunan kemampuan lahan sebagai daerah tangkapan hujan, dan peresapan air,
  4. rusaknya alam pedesaan sebagai akibat pencemaran.
c) Timbulnya penetrasi (perembasan) budaya kota yang kurang sesuai dengan tradisi pedesaan, misalnya dalam etika pergaulan dan pandangan hidup. Hal ini seringkali menimbulkan keresahan dan mengganggu stabilitas budaya pedesaan.
d) Tumbuhnya para pedagang kaki lima dan hunian liar yang mengganggu ketertiban kota.

b. Faktor-faktor yang Mendasari Interaksi Kota

Terjadinya interaksi antarwilayah, menurut Edward Ullman (dalam Nurmala Dewi, 1997), didasari oleh tiga faktor, yaitu sebagai berikut.

1) Adanya wilayah yang Saling Melengkapi (Komplementaritas Regional)
Menurut teori ini, hubungan imbal balik antarwilayah akan terjadi bila di antara keduanya memiliki potensi yang saling melengkapi atau saling membutuhkan. Wilayah A memiliki surplus potensi yang tidak dimiliki wilayah B. Sebaliknya, wilayah B memiliki surplus potensi yang tidak dimiliki wilayah A. Maka, dengan kondisi seperti itu, antara keduanya akan timbul interaksi, hubungan imbal balik antara A dan B (lihat gambar).
Skema Komplementaritas Regional
Skema Komplementaritas Regional

2) Adanya Kesempatan Berintervensi
Kesempatan berintervensi diartikan sebagai suatu kemungkinan adanya perantara yang menghambat interaksi antarwilayah. Walaupun wilayah A memiliki surplus potensial yang dibutuhkan wilayah B misalnya, kemungkinan untuk tidak terjalin interaksi antarkeduanya bisa saja terjadi. Hal ini karena:
  • kebutuhan wilayah A atau B dipasok wilayah lain, atau
  • surplus potensi yang dimiliki wilayah A atau wilayah B dipasok ke wilayah lain (lihat gambar).
Seperti yang terlihat pada gambar, bila meninjau potensi yang dimiliki wilayah A dan wilayah B, sangat mungkin antara keduanya terjadi interaksi. Namun, karena kebutuhan kedua wilayah itu secara langsung dipasok oleh wilayah C, maka interaksi antara A dan B melemah.
Skema Interaksi yang Berintervensi
Skema Interaksi yang Berintervensi

3) Interaksi karena Kemudahan
Faktor lain yang mendasari jalinan interaksi antarwilayah adalah adanya kemudahan, yaitu:
a) lengkapnya fasilitas komunikasi,
b) jarak yang relatif dekat,
c) biaya transportasi yang murah, atau
d) kelancaran arus transportasi.

c. Teori-teori Interaksi

1) Teori Gravitasi
Teori ini mulanya dikemukakan oleh Sir Issac Newton dalam ilmu fisika, yang kemudian  dikembangkan oleh W.J. Reilly. Reilly mengadaptasikan teori ini dalam studi geografi, yaitu untuk menentukan nilai kekuatan interaksi antardua wilayah atau lebih (dalam Nurmala Dewi, 1997). Teori gravitasi keruangan dari Reilly diformulakan dengan rumus sebagai berikut.
 
Keterangan:
= kekuatan interaksi antara wilayah A dengan wilayah B
k = nilai konstanta, yang biasanya dihargakan dengan 1
= jumlah penduduk wilayah A
= jumlah penduduk wilayah B
= jarak mutlak yang menghubungkan wilayah A ke wilayah B.
Jarak mutlak adalah jarak sebenarnya dari dua tempat atau lebih yang ingin diketahui kekuatan interaksinya.

Contoh:
Diketahui bahwa kota B letaknya berdekatan dengan dua buah desa, yaitu Desa A dan Desa C. Jarak dari Desa A ke kota B setengah kali lebih dekat daripada Desa C. Jarak dari Desa C ke kota B adalah 100 km. Jumlah penduduk kota B adalah 50.000 orang. Sedangkan penduduk Desa A dan Desa C masing-masing berjumlah 1.000 dan 1.100 orang. Dengan desa manakah kota B paling kuat interaksinya?
Jawab:
Diketahui: = 1.000;
= 50.000;
= 1.100;
= 50 km
(½ x 100); dan = 100 km.

maka:
a. Kekuatan interaksi antara Desa A dengan kota B adalah:




b. Kekuatan interaksi antara kota B dengan Desa
C adalah:



Jadi, apabila kekuatan interaksi antara Desa A dengan kota B dengan Desa C kita bandingkan, maka diperoleh angka perbandingan:
20.000 : 5.500
40 : 11 (lihat gambar)
Skema perbandingan kekuatan interaksi antara AB dan BC
Skema perbandingan kekuatan interaksi antara AB dan BC

2) Teori Titik Henti
Teori Titik Henti (The Breaking Point Theory) digunakan untuk memperkirakan lokasi strategis yang merupakan garis pembatas antara dua wilayah. Oleh karena itu, teori ini bermanfaat dalam memilih lokasi yang tepat untuk perindustrian, perdagangan, ataupun sebagai tempat layanan masyarakat, misalnya Puskesmas, kantor kecamatan, dan sebagainya. Teori Titik Henti dinyatakan dengan rumus:
 
Keterangan:
= jarak lokasi titik henti, yang diukur dari wilayah yang jumlah penduduknya lebih kecil (dari wilayah A)
= jarak antara wilayah A dengan B
= jumlah penduduk wilayah yang lebih kecil
= jumlah penduduk wilayah yang lebih besar

Contoh:
Pemerintah akan mendirikan pasar antara Desa A dengan kota B. Diketahui bahwa jarak dari wilayah A ke wilayah B adalah 50 km. Jumlah penduduk A sebanyak 1.000 orang, sedangkan wilayah B 25.000. Di manakah pasar itu sebaiknya didirikan?
Jawab:
Diketahui: = 50 km; = 1.000; = 25.000
maka:

 



Dengan demikian, dari hitungan di atas dapat diketahui bahwa titik henti antara wilayah A dengan wilayah B adalah 8,33 km diukur dari wilayah A yang penduduknya lebih kecil. Ini berarti bahwa pembangunan pasar yang strategis adalah sekitar 8.33 km dari wilayah desa (lihat gambar).
Lokasi titik henti antara Desa A dengan kota B
Lokasi titik henti antara Desa A dengan kota B

3) Teori Potensi Penduduk
Yang dimaksud potensi penduduk ialah kekuatan (potensi) aliran untuk tiap tempat. Artinya, berapa besar kemungkinan penduduk suatu wilayah untuk mengadakan pergerakan (migrasi) atau berinteraksi dengan penduduk wilayah lain. Nilai potensi penduduk suatu wilayah dinyatakan dengan isoplet, yaitu garis-garis khayal pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang memiliki potensi penduduk yang sama. Isoplet sangat membantu dalam menentukan suatu tempat yang dianggap strategis dari pembangunan, misalnya tempat layanan masyarakat. Untuk mencari nilai potensi penduduk digunakan rumus berikut.

Misalnya ada tiga wilayah yang ingin diketahui potensi penduduknya, yaitu Desa A, Desa C, dan Kota B. Maka, digunakan rumus:






Keterangan:
PP = nilai (indeks) potensi penduduk masing-masing
wilayah
= jumlah penduduk masing-masing wilayah (A, B, C)
= jarak dari kota A ke kota lain yang paling dekat, yang sama-sama sedang dihitung potensi penduduknya.
= jarak dari wilayah A ke wilayah B
k = konstanta, bernilai 1
Jarak sebenarnya dari masing-masing wilayah (A, B, C)
digambarkan dalam skema berikut ini.
Jarak wilayah A, B, dan wilayah C
Jarak wilayah A, B, dan wilayah C

Diketahui:
Jumlah penduduk Desa A (PA) adalah 1.000 orang. Jumlah penduduk Desa C (PC) adalah 2.000 orang. Jumlah penduduk Kota B (PB) adalah 25.000 orang. Maka, nilai potensi penduduk masing-masing wilayah adalah sebagai berikut.





= 1,6 + 10 + 0,35
= 11,95
-----------------------------------------------------





= 40 + 0,4 + 0,2
= 40,60
-----------------------------------------------






= 1,42 + 0,18 + 2,5
= 4,10
setelah nilai potensi penduduk dari setiap wilayah diketahui, langkah berikutnya adalah menyusun persentase potensi penduduk setiap wilayah terhadap potensi penduduk tertinggi. Dalam hal ini wilayah yang berpotensi penduduknya lebih tinggi adalah wilayah Kota B, yaitu sebesar 40,60.

Langkah penghitungan persen potensi penduduk (PP) untuk setiap wilayah.







Dari hasil penghitungan di atas, diperoleh kesimpulan bahwa potensi penduduk kota B lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya. Ini menunjukkan bahwa mobilitas penduduk kota B lebih tinggi, sedangkan penduduk Desa C adalah yang paling rendah. Dengan demikian, pembangunan layanan masyarakat sebaiknya didirikan di dekat wilayah yang lebih rendah mobilitas penduduknya, yaitu sekitar Desa C dan Desa A.

4) Teori Grafik
Teknik lain untuk mengetahui tinggi-rendahnya interaksi antarwilayah adalah dengan cara melihat banyak sedikitnya jalur transportasi, baik darat, laut, maupun udara, yang menghubungkan antarwilayah. Teori ini menyatakan bahwa semakin banyak jalur yang menghubungkan dua wilayah (atau lebih), semakin tinggi mobilitas atau interaksi antarwilayah-wilayah itu. Dirumuskan oleh K. J. Kansky (dalam Nurmala Dewi, 1997), bahwa untuk mengetahui tingkat interaksi antarwilayah dengan teori ini digunakan formula sebagai berikut.
 
Keterangan:
β (Beta) = nilai kelancaran interaksi (konektivitas)
e = jumlah jaringan yang menghubungkan wilayah-wilayah tersebut
V = jumlah wilayah yang ingin diketahui tingkat interaksinya

Contoh:
Manakah wilayah di bawah ini yang paling tinggi interaksinya?
Manakah wilayah di bawah ini yang paling tinggi interaksinya?
Manakah wilayah di bawah ini yang paling tinggi interaksinya?

Jawab:
Dari hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa yang paling tinggi tingkat interaksinya adalah wilayah A.
Wilayah A [Image] Wilayah B

2. Beberapa Aspek Interaksi Kota

  1. Interaksi Kota Aspek Ekonomi, Interaksi kota aspek ekonomi ditandai dengan adanya pergerakan (baca: pertukaran) barang dan jasa, seperti: hasil-hasil industri, pertanian atau hasil bumi, hasil-hasil pertambangan, tenaga kerja, dan sebagainya.
  2. Interaksi Kota Aspek Sosial, Interaksi kota aspek sosial ditandai dengan bertambahnya jumlah penduduk, perkembangan lembaga-lembaga sosial, dan sebagainya.
  3. Interaksi Kota Aspek Budaya, Interaksi kota aspek budaya ditandai dengan masuknya tradisi baru atau berubahnya tradisi lama, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin kompleksnya keperluan hidup, perkembangan bahasa dan kesenian, dan sebagainya.