Lembaga Sosial, Lembaga dan asosiasi, Proses pembentukan kelembagaan serta tipe-tipe lembaga sosial - Seperti kita ketahui bahwa kelembagaan sosial merupakan suatu ikatan sosial bersama diantara anggota masyarakat yang mengkoor-dinasikan tindakan sosial bersama antara anggota masyarakat. Didalam istilah kelembagaan sosial, terkandung pengertian pola perilaku sosial anggota masyarakat yang relatif tetap, stabil, serta berlangsung secara terus-menerus.
Kebiasaan dan tata pelakuan merupakan cara manusia bertingkah laku yang indah mempunyai struktur dalam kehidupan masyarakat. Seiring dari uraian tersebut diatas tentang definisi lembaga ada beberapa tokoh mengemukakan tentang lembaga sebagai berikut.
Summer melihatnya dari sudut kebudayaan, mengartikan lembaga kemasyarakatan sebagai perbuatan, cita-cita, sikap, dan perlengkapan kebudayaan, yang mempunyai sifat kekal serta yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Pentingnya adalah agar ada keteraturan dan integrasi dalam masyarakat. Dari beberapa uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa lembaga adalah proses-proses berstruktur (tersusun) untuk melaksanakan berbagai kegiatan tertentu. Untuk lebih jelasnya akan kita bahas tentang Lembaga dan Asosiasi.
Lembaga perbankan merupakan prosedur yang dibukukan untuk mengelola transaksi keuangan tertentu; bankir adalah orang yang memimpin transaksi tersebut; bank adalah sekelompok bankir yang terorganisasi (bersama-sama para karyawannya) yang perlu kita ingat hanyalah bahwa lembaga selalu merupakan sistem gagasan dan perilaku yang terorganisasi yang ikut serta dalam perilaku itu. Setiap lembaga mempunyai kumpulan asosiasinya, dan melalui asosiasi itulah norma-norma lembaga dilaksanakan. Misalnya sekolah mempunyai peraturan. Orang tua murid dan guru (POMG).
Lembaga dan asosiasi sangat berkaitan satu sama lain, namun pengertiannya sangat berbeda dan tidak boleh dicampur adukkan, misalnya pendidikan adalah lembaga sosial, tetapi Universitas Indonesia (UI) dan POMG adalah asosiasi. Setelah mempelajari lembaga dan asosiasi selanjutnya akan kita pelajari bagaimana proses lembaga sosial terjadi? Akan kita pelajari dalam bab ini.
Dari waktu kewaktu, orang mungkin bergabung untuk memodifikasikan dan melegalisasikan praktek-praktek tersebut karena terus berkembang dan berubah. Dengan cara itulah lembaga tumbuh. Terjadinya lembaga sosial bermula dari tumbuhnya suatu kekuatan ikatan hubungan antar manusia dalam suatu masyarakat. Ikatan hubungan antara manusia tersebut sangat erat kaitannya dengan keberlakuan suatu norma sebagai patokan dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti kebutuhan akan rasa keindahan, keadilan, pendidikan, ketentraman, keluarga dan sebgainya.
Kebutuhan akan pendidikan kemudian menimbulkan lembaga pendidikan seperti sekolah-sekolah dasar, pesantren, sampai pada perguruan tinggi. Kebutuhan akan keindahan, kemudian menimbulkan lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya seperti seni rupa, seni tari, dan begitu seterusnya, proses perkembangan kebutuhankebutuhan lainnya. Seperti kita ketahui ada lima lembaga dasar yang penting dalam masyarakat yang kompleks adalah lembaga keluarga, keagamaan, pemerintah, perekonomian, dan pendidikan.
Menurut Soedjono Soekanto (1982), bahwa tumbuhnya lembaga sosial oleh karena manusia dalam hidupnya memerlukan keteraturan, maka di rumuskan norma-norma dalam masyarakat. Mula-mula norma tersebut dibuat secara sadar, misalnya dahulu di dalam jual beli, seorang perantara tidak harus diberi bagian dari keuntungan akan tetapi lamakelamaan terjadi kebiasaan bahwa perantara tersebut harus mendapat bagiannya, dimana sekaligus ditetapkan siapa yang menanggung itu, yaitu pembeli ataukah penjual.
Dalam sosiologi dikenal ada empat tingkatan dalam proses pelembagaan, pertama; cara (usage) yang menunjukkan pada suatu perbuatan, kedua; kemudian cara berbuat ini berlanjut dilakukan sehingga menjadi suatu kebiasaan (folkways), yaitu perbuatan yang selalu diulang-ulang dalam setiap usaha dalam mencapai tujuan tertentu. Ketiga; apabila kebiasaan itu kemudian diterima sebagai patokan atau norma pengatur kelakuan bertindak, maka didalamnya sudah terdapat unsur pengawas dan jika terjadi penyimpangan, pelakunya akan dikenakan sanksi. Keempat; tata kelakuan yang semakin berat yang mencerminkan kekuatan pola kelakuan masyarakat yang mengikat para anggotanya, tata kelakuan ini disebut adat istiadat, maka ia akan mendapat sanksi yang lebih keras. Misalnya, di Lampung ada suatu pantangan apabila seorang gadis sengaja mendatangi pria idamannya karena rindu yang tidak tertahan, maka ia dapat dikucilkan dari hubungan bujang-gadis lainnya karena dianggap tidak suci.
Setelah mengetahui proses pelembagaan, tentu kita ingin mengetahui bagaimana tipe-tipe lembaga sosial? Akan kita pelajari dalam bab ini.
Lembaga Sosial, Lembaga dan asosiasi, Proses pembentukan kelembagaan serta tipe-tipe lembaga sosial
Kelembagaan sosial itu diikat oleh suatu nilai dan norma bersama, kestabilan perilaku diantara anggota masyarakat tersebut diikat oleh suatu wadah ikatan sosial bersama yang keberadaannya dijunjung tinggi bersama oleh anggota masyarakat. Dari kelembagaan sosial itu dapat kita lihat dalam keberadaan berbagai macam lembaga sosial dan organisasi formal di dalam masyarakat. Berkaitan dengan adanya lembaga sosial yang terdapat di masyarakat, terdapat beberapa topik yang dapat kita pelajari, yaitu:- Lembaga
- Lembaga dan asosiasi
- Proses pembentukan kelembagaan
- Pentingnya peran dan fungsi lembaga keluarga, agama, pendidikan, politik, dan ekonomi dalam hidup bermasyarakat.
A. Lembaga Sosial
Istilah lembaga berasal dari kata institution yang menunjukan pada pengertian tentang sesuatu yang telah mapan. Dalam pengertian sosiologis lembaga dapat dilukiskan sebagai suatu organ yang berfungsi dalam kehidupan masyarakat. Lembagalembaga pada mulanya terbentuk dari suatu kebiasaan yang dilakukan terus menerus sampai menjadi adat istiadat kemudian berkembang menjadi tata kelakuan (mores).Lembaga Sosial, Lembaga dan asosiasi, Proses pembentukan kelembagaan serta tipe-tipe lembaga sosial |
- R.M Mac Iver dan C.H Page, R.M Mac Iver dan C.H Page - dalam bukunya yang berjudul society, bahwa lembaga merupakan bentuk-bentuk atau kondisi-kondisi prosedur yang mapan, yang menjadi karakteristik bagi aktivitas kelompok. Kelompok yang melaksanakan patokan-patokan tersebut, disebut asosiasi.
- Berger, Berger - menamakannya sebagai suatu prosedur yang menyebabkan perbuatan manusia ditekan oleh pola tertentu dan dipaksa bergerak melalui jalan yang dianggap sesuai dengan keinginan masyarakat.
- Mayor Polak JBAF. (1979), Mayor Polak JBAF - menyatakan bahwa lembaga atau social institution, adalah suatu kompleks atau sistem peraturan-peraturan dan adat istiadat yang mempertahankan nilai-nilai yang penting.
- Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi (1964), Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi - menerjemahkan social institution sebagai ”lembaga kemasyarakatan”. Kata lembaga dianggap tepat, oleh karena kecuali menunjuk pada suatu bentuk, juga menyandang pengertian abstrak tentang adanya kaidahkaidah. Lembaga itu mempunyai tujuan untuk mengatur antar hubungan yang diadakan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang paling penting. Sumber menjelaskan bahwa lembaga itu melibatkan bukan saja pola aktivitas yang lahir dari segi sosial untuk memenuhi keperluan manusia tetapi juga pola organisasi untuk melaksanakannya. Kebutuhan itu antara lain: mencari rezeki, prokreasi atau melanjutkan jenis memenuhi keperluan roh, dan menjaga ketertiban.
Baca Juga:
Summer melihatnya dari sudut kebudayaan, mengartikan lembaga kemasyarakatan sebagai perbuatan, cita-cita, sikap, dan perlengkapan kebudayaan, yang mempunyai sifat kekal serta yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Pentingnya adalah agar ada keteraturan dan integrasi dalam masyarakat. Dari beberapa uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa lembaga adalah proses-proses berstruktur (tersusun) untuk melaksanakan berbagai kegiatan tertentu. Untuk lebih jelasnya akan kita bahas tentang Lembaga dan Asosiasi.
B. Lembaga dan Asosiasi
Lembaga dan Asosiasi, Lembaga tidak mempunyai anggota tetapi mempunyai pengikut. Pembedaan antara anggota dan pengikut sangat halus namun penting. Mari kita memberi ilustrasi. Agama bukanlah suatu kelompok orang; agama adalah suatu sistem gagasan kepercayaan praktek dan hubungan. Bila tidak ada orang yang percaya dan tidak mau menerimanya maka agama tidak ada. Agama bukanlah manusianya, agama adalah suatu sistem keyakinan dan praktek. Berikut ini adalah pembedaan antara lembaga dan asosiasi.Lembaga perbankan merupakan prosedur yang dibukukan untuk mengelola transaksi keuangan tertentu; bankir adalah orang yang memimpin transaksi tersebut; bank adalah sekelompok bankir yang terorganisasi (bersama-sama para karyawannya) yang perlu kita ingat hanyalah bahwa lembaga selalu merupakan sistem gagasan dan perilaku yang terorganisasi yang ikut serta dalam perilaku itu. Setiap lembaga mempunyai kumpulan asosiasinya, dan melalui asosiasi itulah norma-norma lembaga dilaksanakan. Misalnya sekolah mempunyai peraturan. Orang tua murid dan guru (POMG).
Lembaga dan asosiasi sangat berkaitan satu sama lain, namun pengertiannya sangat berbeda dan tidak boleh dicampur adukkan, misalnya pendidikan adalah lembaga sosial, tetapi Universitas Indonesia (UI) dan POMG adalah asosiasi. Setelah mempelajari lembaga dan asosiasi selanjutnya akan kita pelajari bagaimana proses lembaga sosial terjadi? Akan kita pelajari dalam bab ini.
C. Proses Pelembagaan
Proses Pelembagaan, Lembaga muncul sebagai produk kehidupan sosial yang sungguh tidak direncanakan. Orang mencari-cari cara yang praktis untuk memenuhi kebutuhannya; mereka menemukan beberapa pola yang dapat dilaksanakan yang menjadi kebiasaan yang baku karena terus menerus diulangi. Dengan berlalunya waktu pola itu memperoleh satu kerangka cerita rakyat (Folkore) yang mendukung, yang membenarkan dan menyetujui. Misalnya, bank berangsur-angsur berkembang sebagai kebutuhan untuk menyetor, mentransfer, meminjam, dan menyimpan uang.Dari waktu kewaktu, orang mungkin bergabung untuk memodifikasikan dan melegalisasikan praktek-praktek tersebut karena terus berkembang dan berubah. Dengan cara itulah lembaga tumbuh. Terjadinya lembaga sosial bermula dari tumbuhnya suatu kekuatan ikatan hubungan antar manusia dalam suatu masyarakat. Ikatan hubungan antara manusia tersebut sangat erat kaitannya dengan keberlakuan suatu norma sebagai patokan dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti kebutuhan akan rasa keindahan, keadilan, pendidikan, ketentraman, keluarga dan sebgainya.
Kebutuhan akan pendidikan kemudian menimbulkan lembaga pendidikan seperti sekolah-sekolah dasar, pesantren, sampai pada perguruan tinggi. Kebutuhan akan keindahan, kemudian menimbulkan lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya seperti seni rupa, seni tari, dan begitu seterusnya, proses perkembangan kebutuhankebutuhan lainnya. Seperti kita ketahui ada lima lembaga dasar yang penting dalam masyarakat yang kompleks adalah lembaga keluarga, keagamaan, pemerintah, perekonomian, dan pendidikan.
Menurut Soedjono Soekanto (1982), bahwa tumbuhnya lembaga sosial oleh karena manusia dalam hidupnya memerlukan keteraturan, maka di rumuskan norma-norma dalam masyarakat. Mula-mula norma tersebut dibuat secara sadar, misalnya dahulu di dalam jual beli, seorang perantara tidak harus diberi bagian dari keuntungan akan tetapi lamakelamaan terjadi kebiasaan bahwa perantara tersebut harus mendapat bagiannya, dimana sekaligus ditetapkan siapa yang menanggung itu, yaitu pembeli ataukah penjual.
Dalam sosiologi dikenal ada empat tingkatan dalam proses pelembagaan, pertama; cara (usage) yang menunjukkan pada suatu perbuatan, kedua; kemudian cara berbuat ini berlanjut dilakukan sehingga menjadi suatu kebiasaan (folkways), yaitu perbuatan yang selalu diulang-ulang dalam setiap usaha dalam mencapai tujuan tertentu. Ketiga; apabila kebiasaan itu kemudian diterima sebagai patokan atau norma pengatur kelakuan bertindak, maka didalamnya sudah terdapat unsur pengawas dan jika terjadi penyimpangan, pelakunya akan dikenakan sanksi. Keempat; tata kelakuan yang semakin berat yang mencerminkan kekuatan pola kelakuan masyarakat yang mengikat para anggotanya, tata kelakuan ini disebut adat istiadat, maka ia akan mendapat sanksi yang lebih keras. Misalnya, di Lampung ada suatu pantangan apabila seorang gadis sengaja mendatangi pria idamannya karena rindu yang tidak tertahan, maka ia dapat dikucilkan dari hubungan bujang-gadis lainnya karena dianggap tidak suci.
Setelah mengetahui proses pelembagaan, tentu kita ingin mengetahui bagaimana tipe-tipe lembaga sosial? Akan kita pelajari dalam bab ini.
D. Tipe-tipe Lembaga Sosial
Tipe-tipe Lembaga Sosial, Lembaga itu mempunyai tujuan untuk mengatur antara hubungan yang diadakan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang paling penting. Sebelum pada tipe-tipe lembaga sosial kita ulas tentang tipe pengendalian sosial. Pengendalian sosial memiliki dua tipe yaitu pengendalian sosial resmi (formal) dan pengendalian sosial tidak resmi (informal).a. Tipe Pengendalian sosial formal
Pengendalian sosial formal adalah pengendalian sosial yang pengawasannya dilakukan oleh negara atau badan-badan yang mempunyai kedudukan tetap. Pengendalian dilakukan dengan menggunakan prosedur yang jelas.b. Tipe Pengendalian sosial informal
Pengendalian sosial informal adalah pengendalian sosial yang menunjukkan pada seperangkat norma sosial yang memaksa orang untuk bertindak sesuai dengan kesepakatan, namun tidak ada lembaga pendukung yang melaksanakannya secara tetap. Dua tipe pengendalian sosial diatas dilakukan oleh sejumlah lembaga atau pranata sosial. Contoh lembaga atau pranata sosial adalah sebagai berikut.- Kepolisian
- Pengadilan
- Tokoh adat
- Tokoh agama
- Tokoh masyarakat.