Susunan dan Fungsi Saluran Drainase

Susunan dan Fungsi Saluran Drainase - Pada pembahasan materi Agro, Irigasi dan Drainase kali ini akan membahas mengenai susunan serta fungsi dari saluran drainase yang pembahasannya meliputi Saluran Interseptor (Interceptor Drain), Saluran Pengumpul (Collector Drain), Saluran Pembawa (Conveyor Drain), Prosedur Perancangan Tata Letak Sistem Jaringan Drainase, dan Debit Rencana Jaringan Pembuang, untuk lebih jelasnya dapat kalian simak dalam penjelasan berikut ini!

Pengertian Susunan dan Fungsi Saluran Drainase

Dalam pengertian jaringan drainase, maka sesuai dengan fungsi dan sistem kerjanya, jenis saluran dapat dibedakan menjadi :

Saluran Interseptor (Interceptor Drain)

Saluran interceptor drain adalah saluran yang berfungsi sebagai pencegah terjadinya pembebanan aliran dari suatu daerah terhadap daerah lain dibawahnya. Saluran ini biasa dibangun dan diletakkan pada bagian yang relatif sejajar dengan garis kontur. Outlet dari saluran ini biasanya terdapat di saluran kolektor, konveyor atau langsung di saluran drainase alam.

Saluran Pengumpul (Collector Drain)

Saluran kolektor adalah saluran yang berfungsi sebagai pengumpul debit dari saluran drainase yang lebih kecil dan akhirnya akan dibuang ke saluran konveyor (pembawa).
Susunan dan Fungsi Saluran Drainase
Susunan dan Fungsi Saluran Drainase

Saluran Pembawa (Conveyor Drain)

Saluran konveyor adalah saluran yang berfungsi sebagai pembawa air buangan dari suatu daerah ke lokasi pembuangan tanpa harus membahayakan daerah yang dilalui.

Lelak saluran conveyor di bagian terendah lembah dari daerah. sehingga secara efektif dapat berfungsi sebagai pengumpul dari anak cabang saluran yang ada.

Sebagai conton adalah saluran banjir kanal atau sudetan atau saluran by-pass yang bekerja secara khusus hanya mengalirkan air secara cepat sampai ke lokasi pembuangan. Dalam pengertian yang lain, saluran ini berbeda dengan drainase bawah tanah. Dalam hal ini masuknya air melalui resapan tanah secara gravitasi masuk ke dalam lubang-lubang yang terdapat pada saluran drainase yang ditanam dalam tanah. Dalam kenyataan dapat terjadi suatu saluran bekerja sekaligus untuk kedua atau bahkan ketiga jenis fungsi tersebut.

Prosedur Perancangan Tata Letak Sistem Jaringan Drainase

Dengan melihat peta topografi, dapat ditentukan arah aliran yang merupakan sistem drainase alam yang terbentuk secara alamiah, dan dapat mengetahui toleransi lamanya genangan dari daerah rencana. Informasi situasi dan kondisi fisik lahan, baik kondisi saat ini, maupun yang direncanakan perlu diketahui, antara lain:
  • Sistem jaringan yang ada (drainase, irigasi, listrik, dan lain lain).
  • Bottle neck yang mungkin ada.
  • Batas-batas daerah pemilikan.
  • Letak dan jumlah prasarana yang ada.
  • Tingkat kebutuhan drainase yang diperlukan.
  • Gambaran prioritas daerah secara garis besar.
Semua hal tersebut di atas dimaksudkan agar dalam penyusunan tata letak sistem jaringan drainase tidak terjadi pertentangan kepentingan. Dalam menentukan tata letak jaringan drainase bertujuan untuk mencapai sasaran sebagai berikut, yaitu:
  • Sistem jaringan drainase dapat berfungsi sesuai tujuan (sasaran).
  • Menekan dampak negatif lingkungan sekecil mungkin.
  • Dapat bertahan lama ditinjau dari segi konstruksi dan fungsinya.
  • Biaya pembangunan serendah mungkin.
Untuk menjamin berfungsinya saluran drainase secara baik maka diperlukan bangunan pelengkap di tempat tertentu. Jenis bangunan pelengkap yang dimaksud meliputi :
(a) Bangunan silang, misal gorong–gorong.
(b) Bangunan pemecah energi, misalnya bangunan terjun dan saluran curam.
(c) Bangunan pengaman erosi, misalnya ground sill.
(d) Bangunan inlet misal, grill samping/datar.
(e) Bangunan outlet misal, kolam loncat air
(f) Bangunan pintu air, misal pintu geser, pintu atomatis.
(g) Bangunan rumah pompa
(h) Bangunan kolam pengumpul.
(i) Bangunan lobang kontrol (man hole)

Debit Rencana

Jaringan Pembuang
Pada umumnya jaringan drainase direncanakan untuk mengalirkan kelebihan air secara gravitasi. Pembuangan kelebihan air dengan pompa biasanya secara ekonomis tidak layak. Daerah-daerah irigasi dilengkapi dengan bangunan pengendali banjir di sepanjang sungai untuk mencegah masuknya air banjir ke dalam sawah irigasi.

Di daerah yang diairi secara teknis jaringan pembuang mempunyai dua fungsi, yaitu:
(a) Pembuangan internal untuk mengalirkan kelebihan air dari sawah untuk mencegah terjadinya genangan dan kerusakan tanaman atau untuk mengatur banyaknya air tanah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tanaman,

(b) Pembuangan eksternal untuk mengalirkan air dari luar daerah irigasi melalui daerah irigasi.

Semua bangunan tersebut diatas tidak selalu harus ada pada setiap jaringan drainase. Keberadaanya tergantung pada kebutuhan setempat yang biasanya dipengaruhi oleh fungsi saluran, kondisi lingkungan dan tuntutan akan kesempurnaan jaringannya.

Sekian pembahasan mengenai Susunan dan Fungsi Saluran Drainase dan juga Saluran Interseptor (Interceptor Drain), Saluran Pengumpul (Collector Drain), Saluran Pembawa (Conveyor Drain), Prosedur Perancangan Tata Letak Sistem Jaringan Drainase, dan Debit Rencana Jaringan Pembuang semoga dapat mudah dipahami, selamat belajar!