Perancangan Sistem Drainase Lahan Pertanian

Perancangan sistem saluran drainase lahan Pertanian - Pada pembahasan materi Agro, Irigasi dan Drainase kali ini akan membahas mengenai perancangan sebuah sistem saluran drainase untuk lahan pertanian dan juga tentang Deskripsi Lingkungan Fisik Sistem Drainase, Tata Guna Lahan, Prasarana lain, Topografi, serta contoh pola dari sistem drainase diantaranya Pola Aliran Alam, Pola Alamiah, Pola Siku, Pola Paralel, Pola Gridiron, Pola Radial dan Pola Jaring-jaring, untuk lebih jelasnya dapat disimak dalam penjelasan berikut ini!

Makalah Pengertian Perancangan sistem drainase lahan Pertanian

Perencanaan Saluran Pembuang yang Stabil

Perencanaan saluran pembuang harus memberikan pemecahan dengan biaya pelaksanaan dan pemeliharaan yang minimum. Ruas-ruas saluran harus stabil terhadap erosi dan sedimentasi harus minimal pada setiap potongan melintang dan harus seimbang. Dengan adanya pembuang, air dari persawahan menjadi lebih bersih dari sedimen. Erosi di saluran pembuang akan merupakan kriteria yang menentukan.

Kecepatan aliran rencana hendaknya tidak melebihi kecepatan maksimum yang diijinkan. Kecepatan maksimum yang diijinkan tergantung pada jenis tanah serta kondisinya. Saluran pembuang dirancang di tempat terrendah dan melalui daerah depresi. Kemiringan alamiah lahan menentukan kemiringan memanjang saluran pembuang tersebut. Apabila kemiringan dasar terlalu curam dan kecepatan maksi-mum akan terlampaui, maka harus dibuat bangunan terjun.
Perancangan Sistem Drainase Lahan Pertanian
Perancangan Sistem Drainase Lahan Pertanian

Kecepatan rencana sebaiknya diambil sama atau mendekati kecepatan maksimum yang diijinkan, karena debit rencana atau debit puncak tidak sering terjadi maka debit dan kecepatan aliran air di saluran pembuang akan lebih rendah di bawah kondisi rata-rata.

Jika debit alirannya rendah, aliran akan cenderung berkelok-kelok bila dasar salurannya lebar. Oleh karena itu biasanya saluran pembuang dirancang relatif sempit dan dalam dibandingkan dengan saluran irigasi. Variasi tinggi air dengan debit yang berubah-ubah, biasanya tidak mempunyai arti penting pada saluran pembuang lain. Potongan melintang yang dalam akan memberikan pemecahan yang lebih ekonomis.

Dalam merencanakan sistem drainase lahan ada beberapa data yang harus disediakan, yaitu,
  1. deskripsi lingkungan fisik sistem drainase, 
  2. tata guna lahan, 
  3. prasarana lain, 
  4. topografi, 
  5. pola aliran alam.

Deskripsi Lingkungan Fisik Sistem Drainase

Dalam perencanaan tata letak jaringan drainase, diskripsi kondisi lingkungan fisik merupakan informasi yang sangat penting. Penempatan saluran bangunan dan jumlah kerapatan fasilitas tersebut akan sangat dipengaruhi oleh kondisi daerah tersebut akan sangat dipengaruhi oieh kondisi daerah rencana. Dalam kaitan ini, seorang perencana dituntut untuk selalu peka dalam menginterpretasikan data yang tersedia baik berupa data sekunder yang berupa peta dasar dan fenomena banjir yang pernah terjadi, maupun pola aliran alam yang ada. Dimana informasi tentang pola aliran alam ini juga bisa diperoleh dan observasi langsung di lapangan saat terjadi hujan (banjir).

Tata Guna Lahan

Tata guna lahan merupakan peta yang dapat menggambarkan tentang pola penggunaan lahan didaerah rencana drainase. Pola penggunaan lahan yang dimaksud harus mencakup tentang kondisi eksisting maupun rencana pengembangan di masa mendatang. Informasi tersebut diperlukan untuk menentukan lingkup sistem drainase yang diperlukan dan untuk merencakan drainase yang tingkatnya sesuai dengan kategori tata guna tanah dari daerah yang bersangkutan.

Prasarana lain

Informasi tentang prasarana lain yang dimaksud meliputi jaringan jalan dan jaringan lain yang diperkirakan dapat menyebabkan gangguan pada sistem drainase. Ini dimaksudkan sebagai pertimbangan dalam menentukan tinggi saluran drainase dan untuk mengindentifikasi jenis bangunan penunjang yang diperlukan.

Topografi

Informasi yang diperlukan untuk menentukan arah saluran drainase dan batas wilayah penanmpungnya. Pemetaan kontur di suatu daerah pertanian perlu dilakukan pada skala 1:5000 atau 1:10.000 dengan beda kontur 0.5 meter di daerah datar, dan beda kontur 1.0 meter pada daerah curam. Pemetaan tersebut perlu mengacu pada suatu bench mark di lapangan yang dikenal.

Pola Aliran Alam

Informasi tentang pola aliran alam diperlukan untuk mendapatkan gambaran tentang kecenderungan pola letak dan arah aliran alam yang terjadi sesuai dengan kondisi lahan daerah rencana. Secara tidak langsung sebenarnya informasi ini dapat diinterpretasikan dari peta topografi dengan cara mengidentifikasi bagian lembah dan punggung lahan. Dimana pola aliran buangan alam cenderung mengarah pada bagian lembah. Namun untuk dapat memperoleh hasil informasi yang lebih akurat, observasi lapangan kerja diperlukan. Agar pekerjaan observasi lebih efisien, hendaknya diidentifikasi terlebih dahulu daerah-daerah yang akan disurvai melalui informasi yang tersedia.

Daerah pembuangan yang dimaksud adalah tempat pembuangan kelebihan air dan lahan yang di rencanakan, baik berupa sungai, danau atau atau laut. Informasi ini sangat penting terutama berkaitan denaan penempatan fasilitas outletnya. Elevasi fasilitas outlet harus ditetapkan di atas muka maksimum daerah pembuangan, sehingga gejala terjadinya muka air balik pada rencana saluran drainase dapat dihindari.

Pola Alamiah

Letak saluran pembuang harus berada di bagian terendah atau lembah dari suatu daerah akan sangat efektif berfungsi sebagai pengumpul dari anak cabang saluran pengumpul drainase, dimana saluran pengumpul dan pembuang merupakan saluran alamiah.
Pola alamiah drainase
Pola alamiah drainase
a = Saluran pengumpul (colector)
b = Saluran pembuang (conveyor)

Pola Siku

Saluran pembuang terletak di lembah dan merupakan saluran alamiah, sedangkan saluran pembuang dibuat tegak lurus terhadap saluran pengumpul drainase.
Pola siku drainase
Pola siku drainase
a =Saluran pengumpul
b =saluran pembuang

Pola Paralel

Saluran pengumpul drainase yang menampung debit dari sungai-sungai yang lebih kecil, dibuat sejajar satu sama lain dan kemudian masuk ke dalam saluran pembuang drainase.
Pola parallel drainase
Pola parallel drainase

Pola Gridiron

Beberapa interceptor drain dibuat satu dan lainnya sejajar, kemudian ditampung di saluran pengumpul (collector drain) untuk selanjutnya masuk ke dalam saluran pembuang (conveyor drain).
Pola Drainase Gridiron
Pola Drainase Gridiron

Pola Radial

Suatu daerah genangan dikeringkan melalui beberapa saluran pengumpul dari satu titik menyebar ke segala arah sesuai den kondisi topografi daerah.
Pola Drainase Radial
Pola Drainase Radial

Pola Jaring-jaring

Untuk mencegah terjadinya pembebanan aliran dari suatu daerah terhadap daerah lainnya, maka dapat dibuat beberapa saluran pengumpul tambahan (a) yang kemudian ditampung ke dalam saluran pembuang (b) dan selanjutnya dialirkan menuju saluran pembuang utama.
Pola Drainase Jaring-jaring
Pola Drainase Jaring-jaring

Sekian pembahasan mengenai Perancangan sistem drainase lahan Pertanian dan juga Deskripsi Lingkungan Fisik Sistem Drainase, Tata Guna Lahan, Prasarana lain, Topografi, Pola Aliran Alam, Pola Alamiah, Pola Siku, Pola Paralel, Pola Gridiron, Pola Radial dan Pola Jaring-jaring, semoga penjelasan terbut dapat kalian mengerti, selamat belajar!