Susun Huruf Timah - Sebatang timah yang di bagian atasnya memuat gambar huruf terbalik (gambar cermin terbalik). Hanya gambar hurufnya yang setelah ditintai memberikan cetakan, karena letaknya agak ditinggikan pada sisi atas batang huruf (dari sini asal kata: cetak tinggi). Bahan tipografi mempunyai ketinggian tertentu. Ada lima macam ketinggian, tetapi yang umum dipakai disini adalah ketinggian Belanda (24,85 mm) .
Dari ilmu menggores, menatah, memahat oleh orang dahulu terus dikembangkan oleh generasi berikutnya, sejalan dengan kebutuhan akan informasi dan ilmu pengetahuan yang perlu disampaikan dengan cepat, diciptakanlah alat-alat untuk memperbanyak naskah dengan jalan mencetak. Pada awalnya acuan cetak yang dibutuhkan adalah lempengan kayu yang dihaluskan, kemudian digambar dan dibuat tulisan dengan bayangan cermin terbalik. Gambar dan tulisan yang sudah dibuat kemudian dicukil dengan cermat dan teliti sampai nampak keindahannya, lambat laun banyak ahli yang menekuni bidang cukil kayu itu untuk membuat seni kreatif yang menghasilkan keunikan pada produk cetak perbanyakan dengan teknik cetak tinggi.
Cukil kayu ini atau pada masa sekarang lebih dikenal dengan istilah woodcut merupakan seni grafis tertua diantara media cetak yang lain. Media cetak dengan teknik cukil kayu ini sudah dikenal di negeri China sejak abad V sampai dengan abad XVII berkembang ke Jepang, sedangkan di Eropa membuat gambar dengan cara mencukil kayu dikenal sejak abad XIV. Pada mulanya Johannes Gutenberg pun melakukan teknik cukil kayu ini untuk memperbanyak buku keagamaan. Dalam sehari blok-blok kayu yang sudah jadi sudah dapat diperbanyak sejumlah 200 eksemplar dengan menggunakan mesin cetak tinggi sederhana.
Sekitar tahun 1440 dia menemukan pembuatan huruf lepas dengan tujuan huruf-huruf tadi setelah dipergunakan dibersihkan, ditempatkan pada kota-kotak huruf semula dan huruf dapat dipergunakan untuk mencetak naskah yang lain.
Dengan penemuan huruf lepas dan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg di Mainz, Jerman sekitar tahun 1440, maka sekitar 5 tahun kemudian dunia cetak-mencetak di Jerman memperoleh alat baru yang dapat memperlancar proses produksi.
Tahun 1423 cara mencetak, menggunakan huruf lepas diketemukan oleh seorang Belanda bernama Laurens Janszoon Koster, diperbaiki oleh Johannes Gutenberg tahun 1440 dan lebih disempurnakan lagi oleh Peter Schoffer. Dengan adanya pengenalan itu, semakin terkukuhkan adanya bentuk baru pelaksanaan arus komunikasi antar manusia, yang tidak mutlak harus tatap muka berhadap-hadapan langsung antara pihak satu dengan lainnya. Proses komunikasi dapat dilakukan dengan menggunakan media cetak. Media tersebut secara garis besarnya dibentuk melalui proses, tiga tahapan, yaitu: persiapan, cetak (dengan menggunakan alat cetak seperti yang diperkenalkan oleh Johannes Gutenberg), dan penyelesaian.
Pembuatan fundamen mesin cetak diukur sesuai dengan ketinggian huruf yang sudah dibakukan melalui beberapa percobaan. Akibat beban yang ditanggung semakin berat, maka percetakan Johannes Gutenberg berpindah tangan kepada seorang pengusaha kemasan yang kaya di Mainz, Jerman. Seluruh karyawan Johannes Gutenberg juga mengikuti majikan yang baru. Pada suatu ketika terjadi kerusuhan hebat di Jerman, menyebabkan kekacauan yang tak terkendalikan, tak terkecuali juga menimpa percetakan ex milik Johannes Gutenberg. Karyawan-karyawan percetakan tersebut bermigrasi ke berbagai Negara.
Di Negara-negara dimana mereka tinggal, para karyawan tersebut melanjutkan perjuangan Johannes Gutenberg untuk membuat huruf-huruf timah kembali. Namun karena mereka lupa patokan tinggi huruf yang baku, maka terjadilah berbagai tinggi huruf yang berbeda di satu Negara dengan Negara yang lain.
Inilah beberapa tinggi huruf yang dimaksud:
Konstruksi mesin cetak tinggi di masing-masing negara tersebut disesuaikan dengan tinggi huruf masing-masing. Atas dasar inilah maka teknik cetak ini disebut teknik cetak tinggi.
Grafika masuk Indonesia pada masa kolonial Belanda. Surat kabar pertama yang dicetak adalah Bataviase Nouvelles pada tahun 1744. Penerbit buku Balai Pustaka tahun 1920. Kemudian pemerintah kolonial Belanda mengembangkan percetakan di berbagai kota di Hindia Belanda (nama Indonesia sebelum merdeka) untuk berbagai kebutuhan. Pada waktu itu teknik yang dipakai adalah teknik cetak yang pertama, yaitu teknik hoogdruk (cetak tinggi) sehingga peralatan, mesin dan bahan perkakas didatangkan dari berbagai negara disesuaikan dengan konstruksi mesin model Belanda, sehingga ketinggian huruf yang dipakai adalah tinggi huruf Belanda.
Begitupun semua bahan pembantu, yaitu garis kuningan, klise-klise (gambar), nomorator dan semua yang terkait dengan cetak tinggi, kedudukan gambar dan lain-lain bersesuaian dengan ketinggian huruf tersebut agar bisa dicetak bersama-sama. Dari kata huruf inilah maka didapati istilah cetak tinggi ini dalam bahasa Inggris adalah: Letter press printing (letter= huruf).
Johannes Gutenberg Penemu cetak dengan huruf lepas |
Susun Huruf Timah
Komposisi campuran huruf timah:+---------------------+-------------+------------+-------------+-----------------------------------------+
| Produksi | Timah Hitam | Antimonium | Timah Putih | Keterangan |
+---------------------+-------------+------------+-------------+-----------------------------------------+
| Pabrik dalam negeri | 65% | 28% | 7% | Terdapat di Muntilan, Cirebon |
+---------------------+-------------+------------+-------------+-----------------------------------------+
| Mesin monotype | 72% | 19% | 9% | |
+---------------------+-------------+------------+-------------+-----------------------------------------+
| Mesin zat intertype | 85% | 12% | 3% | Untuk cetak surat kabar, majalah. |
| | | | | Khusus surat kabar dengan mesin |
| | | | | web silinder, selesai cetak huruf |
| | | | | dilebur lagi untuk cetak berikutnya. |
+---------------------+-------------+------------+-------------+-----------------------------------------+
| NV Letter Gieterij | 75% | 23% | 2% | Selain memproduksi segala peralatan |
| Amsterdam | | | | dan perlengkapan untuk cetak tinggi, |
| | | | | juga memproduksi mesin cetak dan |
| | | | | mesin-mesin zet (susun huruf intertype) |
+---------------------+-------------+------------+-------------+-----------------------------------------+
Perlu diketahui bahwa, lahirnya huruf-huruf lepas ini melalui proses yang panjang sekali dari orang-orang zaman dulu; ribuan tahun yang lalu guna melahirkan gagasan, pikiran dan pendapat mereka untuk disebarluaskan kepada khalayak ramai melalui goresan gambar tanda simbol (picture writing) flora dan fauna dari obyek-obyek tertentu pada kayu, batu, tulang dan lain-lain. Proses dari mulai kurun waktu kurang lebih 4000 th SM bangsa Babilon dan Asiria menggores di batu-batu yang disebut tulisan dengan huruf paku atau spijkerschrift, begitupun orang-orang Mesir menemukan huruf hieroglyph sekitar kurang lebih 3000 tahun SM, bahkan goresan ayat-ayat Taurat tentang Sepuluh Perintah Tuhan kepada nabi Musa pada papan dan meja kayu masih tersimpan di Museum Inggris.Dari ilmu menggores, menatah, memahat oleh orang dahulu terus dikembangkan oleh generasi berikutnya, sejalan dengan kebutuhan akan informasi dan ilmu pengetahuan yang perlu disampaikan dengan cepat, diciptakanlah alat-alat untuk memperbanyak naskah dengan jalan mencetak. Pada awalnya acuan cetak yang dibutuhkan adalah lempengan kayu yang dihaluskan, kemudian digambar dan dibuat tulisan dengan bayangan cermin terbalik. Gambar dan tulisan yang sudah dibuat kemudian dicukil dengan cermat dan teliti sampai nampak keindahannya, lambat laun banyak ahli yang menekuni bidang cukil kayu itu untuk membuat seni kreatif yang menghasilkan keunikan pada produk cetak perbanyakan dengan teknik cetak tinggi.
Cukil kayu ini atau pada masa sekarang lebih dikenal dengan istilah woodcut merupakan seni grafis tertua diantara media cetak yang lain. Media cetak dengan teknik cukil kayu ini sudah dikenal di negeri China sejak abad V sampai dengan abad XVII berkembang ke Jepang, sedangkan di Eropa membuat gambar dengan cara mencukil kayu dikenal sejak abad XIV. Pada mulanya Johannes Gutenberg pun melakukan teknik cukil kayu ini untuk memperbanyak buku keagamaan. Dalam sehari blok-blok kayu yang sudah jadi sudah dapat diperbanyak sejumlah 200 eksemplar dengan menggunakan mesin cetak tinggi sederhana.
Sekitar tahun 1440 dia menemukan pembuatan huruf lepas dengan tujuan huruf-huruf tadi setelah dipergunakan dibersihkan, ditempatkan pada kota-kotak huruf semula dan huruf dapat dipergunakan untuk mencetak naskah yang lain.
Dengan penemuan huruf lepas dan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg di Mainz, Jerman sekitar tahun 1440, maka sekitar 5 tahun kemudian dunia cetak-mencetak di Jerman memperoleh alat baru yang dapat memperlancar proses produksi.
Tahun 1423 cara mencetak, menggunakan huruf lepas diketemukan oleh seorang Belanda bernama Laurens Janszoon Koster, diperbaiki oleh Johannes Gutenberg tahun 1440 dan lebih disempurnakan lagi oleh Peter Schoffer. Dengan adanya pengenalan itu, semakin terkukuhkan adanya bentuk baru pelaksanaan arus komunikasi antar manusia, yang tidak mutlak harus tatap muka berhadap-hadapan langsung antara pihak satu dengan lainnya. Proses komunikasi dapat dilakukan dengan menggunakan media cetak. Media tersebut secara garis besarnya dibentuk melalui proses, tiga tahapan, yaitu: persiapan, cetak (dengan menggunakan alat cetak seperti yang diperkenalkan oleh Johannes Gutenberg), dan penyelesaian.
Pembuatan fundamen mesin cetak diukur sesuai dengan ketinggian huruf yang sudah dibakukan melalui beberapa percobaan. Akibat beban yang ditanggung semakin berat, maka percetakan Johannes Gutenberg berpindah tangan kepada seorang pengusaha kemasan yang kaya di Mainz, Jerman. Seluruh karyawan Johannes Gutenberg juga mengikuti majikan yang baru. Pada suatu ketika terjadi kerusuhan hebat di Jerman, menyebabkan kekacauan yang tak terkendalikan, tak terkecuali juga menimpa percetakan ex milik Johannes Gutenberg. Karyawan-karyawan percetakan tersebut bermigrasi ke berbagai Negara.
Di Negara-negara dimana mereka tinggal, para karyawan tersebut melanjutkan perjuangan Johannes Gutenberg untuk membuat huruf-huruf timah kembali. Namun karena mereka lupa patokan tinggi huruf yang baku, maka terjadilah berbagai tinggi huruf yang berbeda di satu Negara dengan Negara yang lain.
Inilah beberapa tinggi huruf yang dimaksud:
Tinggi huruf Belanda : 66,047 punt/point
Tinggi huruf Prancis : 62,666 punt/point
Tinggi huruf Inggris : 62,027 punt/point
Tinggi huruf Jerman : 66,195 punt/point
Tinggi huruf Rusia : 66,8 punt/point
Konstruksi mesin cetak tinggi di masing-masing negara tersebut disesuaikan dengan tinggi huruf masing-masing. Atas dasar inilah maka teknik cetak ini disebut teknik cetak tinggi.
Grafika masuk Indonesia pada masa kolonial Belanda. Surat kabar pertama yang dicetak adalah Bataviase Nouvelles pada tahun 1744. Penerbit buku Balai Pustaka tahun 1920. Kemudian pemerintah kolonial Belanda mengembangkan percetakan di berbagai kota di Hindia Belanda (nama Indonesia sebelum merdeka) untuk berbagai kebutuhan. Pada waktu itu teknik yang dipakai adalah teknik cetak yang pertama, yaitu teknik hoogdruk (cetak tinggi) sehingga peralatan, mesin dan bahan perkakas didatangkan dari berbagai negara disesuaikan dengan konstruksi mesin model Belanda, sehingga ketinggian huruf yang dipakai adalah tinggi huruf Belanda.
Begitupun semua bahan pembantu, yaitu garis kuningan, klise-klise (gambar), nomorator dan semua yang terkait dengan cetak tinggi, kedudukan gambar dan lain-lain bersesuaian dengan ketinggian huruf tersebut agar bisa dicetak bersama-sama. Dari kata huruf inilah maka didapati istilah cetak tinggi ini dalam bahasa Inggris adalah: Letter press printing (letter= huruf).