Membaca dan Menanggapi Puisi

Membaca dan Menanggapi Puisi - Dalam materi kali ini diharapkan nantinya sobat akan mampu membacakan puisi yang dianggap penting dalam tiap periodenya, menunjukkan majas, citraan, makna, lambang yang digunakan, serta menyimpulkan nilai-nilai budayanya.

Membaca dan Menanggapi Puisi

1. Menunjukkan Majas dalam Puisi

Dalam menulis sebuah puisi harus dipikirkan tentang cara penyampaiannya. Cara penyampaian ide atau perasaan dalam berpuisi disebut majas. Majas merupakan susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul dalam hati penulis dan mampu menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembacanya. Majas dapat membuat kata-kata dalam puisi menjadi hidup dan bergerak, sehingga merangsang pembaca untuk memberi reaksi tertentu. Coba sobat cermati puisi di bawah ini!
Membaca dan Menanggapi Puisi
Membaca dan Menanggapi Puisi

Teratai
Kepada Ki Hajar Dewantara

Dalam kebun di tanah airku
Tumbuh sekuntum bunga teratai
Tersenyum kembang indah permai
Tiada terlihat orang yang lalu
Akarnya tumbuh di hati dunia
Daun berseri, Laksmi mengarang
Biarpun dia diabaikan orang
Seroja kembang gemilang mulia
Teruslah, o, teratai bahagia
Berseri di kebun Indonesia
Biarlah sedikit penjaga taman
Biarpun engkau tak terlihat
Biarpun engkau tidak diminat
Engkau turut menjaga jaman
(Sanusi Pane)

Puisi di atas menggambarkan seorang tokoh yang dikagumi oleh penyairnya, yaitu Ki Hajar Dewantara. Sifat yang dikagumi dari sang tokoh adalah rendah hati, laksana bunga teratai yang tumbuh di kolam, tidak dikenal orang, diabaikan, dan tidak diminati. Akan tetapi, ide-idenya selalu dijadikan dasar pemikiran banyak orang. Meski demikian, Ki Hajar Dewantara tetap meneruskan gagasan dan cita-citanya untuk kemajuan bangsa Indonesia.

2. Menunjukkan Citraan dalam Puisi

Citraan atau pengimajian dalam puisi adalah susunan kata yang dapat mengungkapkan pengalaman imaji. Dengan daya imajinasinya, sang penyair dapat menciptakan kata-kata seolah-olah mampu didengar, dilihat, atau dirasakan oleh pembaca puisi. Coba Anda perhatikan contoh cuplikan puisi di bawah ini!

Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di pintu-Mu aku mengetuk
Aku tak bisa berpaling
(Doa, Chairil Anwar)

Imajinasi penyair dalam puisi di atas adalah krisis keimanan. Oleh karenanya, penyair meyakini bahwa tidak ada jalan lain selain kembali kepada jalan Tuhan. “Aku hilang bentuk-remuk. Maka Aku mengetuk pintu Tuhan; dan karena Aku di negeri asing maka aku tidak bisa berpaling dari Tuhan”.

Sekian pembahasan materi kali ini tentang Membaca dan Menanggapi Puisi, semoga bermanfaat.