Membandingkan Puisi Indonesia dan Puisi Terjemahan - Dalam pembahasan kali ini sobat diharapkan nantinya akan mampu membandingkan berbagai penyimpangan bahasa dalam masing-masing puisi serta membandingkan nilai-nilai etika yang dianut penyair dalam puisinya.
Berikut contoh tabel format untuk membandingkan berbagai penyimpangan bahasa!
a. Puisi Indonesia:
Lara
Aku masih mencari sudut kota tua
sendiri berlari ke peraduan
mencari arahku yang dulu kelam
oleh malam
dan ke peraduan sunyi
menyibak raguku
menyelimuti usangku
Aku pencari sudut kota
dalam leluasa kesenyapan
menerangi langkahku
dan mengulangi warna hitam
dari balik batuku
tapi aku pecah pancaran mentari
yang penuhi pendurhaka malam
biar aku kosongkan lorong-lorongnya
dan kusiram kabut senja itu dengan senyumku
Aku masih mencari sudut kota tua
berlari lagi ke peraduan
sampai kali ketiga
aku pun tak kan bosan
Oleh: Apriliya Tri R.
Sumber: Suara Merdeka, 10 April 2007
b. Puisi terjemahan
Sebuah Pertanyaan untuk Tuhan Zaman demi zaman, duh Gusti, telah Engkau kirim rasul-rasul-Mu ke dunia yang malang ini, yang telah menyisakan ucapan mereka: “Ampunilah semua. Sucikan hatimu dari aliran-aliran darah merah kebencian.”
Begitu mengagumkan mereka, yang layak untuk diingat; tetapi dari pintu luar, aku telah memalingkan mereka sekarang ini —sebuah hati yang jahat— dengan penghormatan tak bermakna
Tidak pernahkah aku melihat kejahatan rahasia meluluhlantakkan si lemah di balik tudung kemunafikan? Tidak pernahkah aku mendengar suara keadilan yang terbungkam beruraian air mata dalam kesunyian karena amukanamukan musuh yang kuat?
Tidak pernahkah aku melihat dalam duri anak-anak muda yang mendura, menjadi gila, karena menubrukkan hidup mereka siasia pada bongkahan karang yang tak berperasaan?
Tersendat suaraku, membisu kidungku, dan dunia gelapku terhampar dalam penjara impian suram; maka aku bertanya kepada-Mu, wahai Tuhan, dalam isak tangis ini, “Pernahkah Engkau mengampuni, pernahkah Engkau mencintai mereka yang sedang meracuni udara-Mu dan memadamkan cahaya-Mu?”
(Sumber: The Hearth of God Menyingkap Kalbu Ilahi, Jendela Grafika, 2002, Hal. 6, Terjemahan: Ribut Wahyudi).
Sekian pembahasan materi tentang Membandingkan Puisi Indonesia dan Puisi Terjemahan semoga bermanfaat.
Membandingkan Puisi Indonesia dan Puisi Terjemahan
1. Membandingkan Berbagai Penyimpangan Bahasa
Sambil membaca, coba temukan berbagai penyimpangan bahasa dalam hal leksikal, fonologi, semantik, dan sintaksisnya. Perlu diuraikan dahulu, leksikal adalah hal yang berkaitan dengan kosakata. Fonologi adalah bidang linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyian bahasa menurut fungsinya. Semantik adalah ilmu tentang makna kata/kalimat. Sintaksis adalah cabang linguistik tentang susunan kalimat dan bagian-bagiannya.Berikut contoh tabel format untuk membandingkan berbagai penyimpangan bahasa!
Membandingkan Puisi Indonesia dan Puisi Terjemahan |
Lara
Aku masih mencari sudut kota tua
sendiri berlari ke peraduan
mencari arahku yang dulu kelam
oleh malam
dan ke peraduan sunyi
menyibak raguku
menyelimuti usangku
Aku pencari sudut kota
dalam leluasa kesenyapan
menerangi langkahku
dan mengulangi warna hitam
dari balik batuku
tapi aku pecah pancaran mentari
yang penuhi pendurhaka malam
biar aku kosongkan lorong-lorongnya
dan kusiram kabut senja itu dengan senyumku
Aku masih mencari sudut kota tua
berlari lagi ke peraduan
sampai kali ketiga
aku pun tak kan bosan
Oleh: Apriliya Tri R.
Sumber: Suara Merdeka, 10 April 2007
b. Puisi terjemahan
Sebuah Pertanyaan untuk Tuhan Zaman demi zaman, duh Gusti, telah Engkau kirim rasul-rasul-Mu ke dunia yang malang ini, yang telah menyisakan ucapan mereka: “Ampunilah semua. Sucikan hatimu dari aliran-aliran darah merah kebencian.”
Begitu mengagumkan mereka, yang layak untuk diingat; tetapi dari pintu luar, aku telah memalingkan mereka sekarang ini —sebuah hati yang jahat— dengan penghormatan tak bermakna
Tidak pernahkah aku melihat kejahatan rahasia meluluhlantakkan si lemah di balik tudung kemunafikan? Tidak pernahkah aku mendengar suara keadilan yang terbungkam beruraian air mata dalam kesunyian karena amukanamukan musuh yang kuat?
Tidak pernahkah aku melihat dalam duri anak-anak muda yang mendura, menjadi gila, karena menubrukkan hidup mereka siasia pada bongkahan karang yang tak berperasaan?
Tersendat suaraku, membisu kidungku, dan dunia gelapku terhampar dalam penjara impian suram; maka aku bertanya kepada-Mu, wahai Tuhan, dalam isak tangis ini, “Pernahkah Engkau mengampuni, pernahkah Engkau mencintai mereka yang sedang meracuni udara-Mu dan memadamkan cahaya-Mu?”
(Sumber: The Hearth of God Menyingkap Kalbu Ilahi, Jendela Grafika, 2002, Hal. 6, Terjemahan: Ribut Wahyudi).
Sekian pembahasan materi tentang Membandingkan Puisi Indonesia dan Puisi Terjemahan semoga bermanfaat.