Menganalisis Wacana Bahasa Indonesia - Anda diharapkan mampu mengidentifikasi berbagai jenis wacana, mengorganisasikan wacana, menentukan kohesi dan keherensi wacana, serta menentukan kelengkapan wacana.
a. Contoh wacana dalam sastra:
- Aku berada dalam mimpi yang tidak berwarna. Ada beberapa bayang dalam seringai ngeri, mengelilingi cahaya yang berpendar menusuki gulita. Seperti ada yang bertanya pada lorong yang paling labirin telingaku. Masih mau hidup atau ingin segera mati? Jika aku mati, bagaimana ibuku? Apakah ia tidak akan terkena amarah Bapak?
Dikutip dari Gadis dalam Kaca, hal. 22, Izzatul Jannah.
b. Contoh wacana jurnalistik:
Indonesia Idol
Ajang kompetisi ratu-ratuan kembali digelar. Kali ini RCTI yang memiliki gagasan untuk menayangkan The Indonesia Idol. Acara ini menurut Daniel Hartono, Sales & Marketing Director RCTI, sedikit berbeda dengan ajang sejenis. Malam puncak perhelatan Indonesia Idol akan disiarkan langsung oleh RCTI pada 19 Februari 2007.
Sumber: tabloid Cek & Ricek, edisi 335 Thn. VII - 31 Januari 2007
c. Contoh wacana ilmiah:
Menyusun sebuah kamus yang benar-benar lengkap sehingga dapat disebut sebagai kamus lengkap memang sangat berat. Selain dibutuhkan pikiran, tenaga, waktu, serta biaya yang hampir-hampir tidak dapat dibatasi, ada hal lain yang menjadi syarat kelengkapan itu.
Sumber: “Prakata” dalam KBBI Edisi Ketiga, 2003.
a. Penanda hubungan kelanjutan, misalnya: dan, lagi, serta, lagi pula, dan tambahan lagi.
b. Penanda hubungan urutan waktu, misalnya: dahulu, kini, sekarang, sebelum, setlah, sesudah, kemudian, sementara itu, sehari kemudian..
c. Penanda klimaks, misalnya: paling, se-nya, dan ter-.
d. Penanda perbandingan, misalnya: sama, seperti, ibarat, bak, dan bagaikan.
e. Penanda kontras, misalnya: tetapi, biarpun, walaupun, dan sebaliknya.
f. Penanda ilustrasi, misalnya: umpama, contoh, dan misalnya.
g. Penanda sebab-akibat, misalnya: karena, sebab, oleh karena itu.
h. Penanda kesimpulan, misalnya: kesimpulan, ringkasnya, garis besarnya, dan rangkuman.
Sekian pembahasan mengenai Menganalisis Wacana Bahasa Indonesia semoga bermanfaat.
Menganalisis Wacana Bahasa Indonesia
1. Mengidentifikasi Wacana Jurnalistik, Sastra, dan Ilmiah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh, seperti cerpen, artikel, pidato, dan sebagainya. Wacana juga merupakan suatu peristiwa terstruktur yang dimanifestasikan dalam perilaku linguistik, sedangkan teks adalah suatu urutan ekspresi-ekspresi linguistik yang terstruktur yang membentuk keseluruhan yang padu.Menganalisis Wacana Bahasa Indonesia |
a. Contoh wacana dalam sastra:
- Aku berada dalam mimpi yang tidak berwarna. Ada beberapa bayang dalam seringai ngeri, mengelilingi cahaya yang berpendar menusuki gulita. Seperti ada yang bertanya pada lorong yang paling labirin telingaku. Masih mau hidup atau ingin segera mati? Jika aku mati, bagaimana ibuku? Apakah ia tidak akan terkena amarah Bapak?
Dikutip dari Gadis dalam Kaca, hal. 22, Izzatul Jannah.
b. Contoh wacana jurnalistik:
Indonesia Idol
Ajang kompetisi ratu-ratuan kembali digelar. Kali ini RCTI yang memiliki gagasan untuk menayangkan The Indonesia Idol. Acara ini menurut Daniel Hartono, Sales & Marketing Director RCTI, sedikit berbeda dengan ajang sejenis. Malam puncak perhelatan Indonesia Idol akan disiarkan langsung oleh RCTI pada 19 Februari 2007.
Sumber: tabloid Cek & Ricek, edisi 335 Thn. VII - 31 Januari 2007
c. Contoh wacana ilmiah:
Menyusun sebuah kamus yang benar-benar lengkap sehingga dapat disebut sebagai kamus lengkap memang sangat berat. Selain dibutuhkan pikiran, tenaga, waktu, serta biaya yang hampir-hampir tidak dapat dibatasi, ada hal lain yang menjadi syarat kelengkapan itu.
Sumber: “Prakata” dalam KBBI Edisi Ketiga, 2003.
2. Mengorganisasikan Wacana
Mengorganisasi adalah membentuk struktur wacana yang utuh dan lengkap. Oleh karena itu, menyusun wacana yang kohesif dan koherensif berarti harus memenuhi kriteria ciri-ciri paragraf yang efektif berikut ini.- Setiap paragraf mengandung makna, pesan, pikiran, atau ide pokok yang relevan dengan ide pokok keseluruhan karangan.
- Dalam satu paragraf hanya ada satu pokok pikiran.
- Pada umumnya, paragraf dibangun oleh sejumlah kalimat.
- Paragraf adalah satu kesatuan ekspresi pikiran.
- Paragraf adalah kesatuan yang koheren dan padu.
- Kalimat-kalimat dalam paragraf tersusun secara logis dan sistematis.
3. Menentukan Kekohesian dan Kekoherenan Wacana secara Utuh
Wacana merupakan gabungan dari beberapa paragraf. Paragraf sendiri terdiri atas seperangkat kalimat yang berkaitan erat dengan yang lain. Kalimat-kalimat tersebut disusun menurut aturan tertentu, sehingga makna yang dikandungnya dapat dibatasi, dikembangkan, dan diperjelas. Alat penanda atau pemarkah kohesi dan koherensi dalam paragraf dapat berupa kata dan kelompok kata. Permarkah-pemarkah tersebut sangat banyak dan bermacam-macam, yaitu sebagai berikut.a. Penanda hubungan kelanjutan, misalnya: dan, lagi, serta, lagi pula, dan tambahan lagi.
b. Penanda hubungan urutan waktu, misalnya: dahulu, kini, sekarang, sebelum, setlah, sesudah, kemudian, sementara itu, sehari kemudian..
c. Penanda klimaks, misalnya: paling, se-nya, dan ter-.
d. Penanda perbandingan, misalnya: sama, seperti, ibarat, bak, dan bagaikan.
e. Penanda kontras, misalnya: tetapi, biarpun, walaupun, dan sebaliknya.
f. Penanda ilustrasi, misalnya: umpama, contoh, dan misalnya.
g. Penanda sebab-akibat, misalnya: karena, sebab, oleh karena itu.
h. Penanda kesimpulan, misalnya: kesimpulan, ringkasnya, garis besarnya, dan rangkuman.
4. Menentukan Kelengkapan Wacana
Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan, yang mempunyai awal dan akhir nyata dan disampaikan secara lisan atau tertulis. Oleh karena itu, kelengkapan suatu wacana adalah adanya fonem, morfem, kata, frase, klausa, kalimat, dan paragraf.Sekian pembahasan mengenai Menganalisis Wacana Bahasa Indonesia semoga bermanfaat.