Hasil-hasil Pengindraan Jauh dan Manfaatnya

Hasil-hasil Pengindraan Jauh dan Manfaatnya - Baik diukur dari segi jumlah maupun segi frekuensinya, pada empat dasawarsa terakhir ini penggunaan pengindraan jauh menunjukkan adanya peningkatan yang sangat pesat. Kenyataan ini tentunya dilandasi oleh berbagai alasan di antaranya seperti berikut ini.

Hasil-hasil Pengindraan Jauh dan Manfaatnya

1. Citra atau hasil rekamannya menggambarkan objek yang:
  • a. wujud dan letaknya mirip dengan sebenarnya;
  • b. relatif lengkap;
  • c. meliputi daerah yang luas; serta
  • d. permanen.
2. Jenis citra tertentu dapat memperoleh gambar tiga dimensi apabila pengamatannya dilakukan dengan stereoskop.

3. Objek yang tidak tampak dapat diwujudkan dalam bentuk citra sehingga objek tersebut bisa dikenali.

4. Citra dapat dibuat secara cepat meskipun secara terestrial objeknya sukar dijelajahi.

5. Pengindraan jauh merupakan satu-satunya cara yang efektif untuk pemetaan daerah bencana.

6. Citra merupakan alat yang sangat efektif untuk memantau perubahan yang cepat, seperti pembukaan hutan, pemekaran kota, perubahan kualitas lingkungan, dan perluasan lahan garapan.

Dengan berbagai keunggulan yang dimiliki oleh teknologi pengindraan jauh yang mulanya hanya digunakan dalam bidang kemiliteran, kini bidang-bidang lain, seperti geologi, industri migas, perencanaan kota, kehutanan, dan arkeologi turut pula memanfaatkannya.

1. Pemanfaatan Pengindraan Jauh dalam Bidang Geologi

Pakar geologi, khususnya yang berkaitan dengan penanggulangan bencana alam, memerlukan informasi dari teknologi ini untuk mengetahui/ memperkirakan potensi dan melokalisasi daerah rawan bencana. Kegiatan alam tersebut dapat diamati melalui foto citra indra jauh, yang datanya kemudian dianalisis dan dipakai sebagai data dasar peta dampak lingkungan. Jadi, pengindraan jauh memiliki peranan yang sangat penting dalam mengidentifikasi daerah rawan bencana alam.
Foto pemanfaatan pengindraan jauh dalam geologi
Foto pemanfaatan pengindraan jauh dalam geologi

Informasi potensi rawan yang dihasilkan oleh penafsiran pengindraan jauh dapat berupa:
a. jenis dan sebaran batuan;
b. hubungan antarbatuan;
c. struktur/ geologis, seperti sesar dan pelipatan;
d. morfologi tanah;
e. sebaran, bahaya informasi-informasi itu, maka kita akan sangat terbantu dalam mengevaluasi kerawanan bencana dan risiko bahayanya.

2. Pemanfaatan Pengindraan Jauh dalam Industri Migas

Pada era sekarang, industri minyak dan gas bumi (migas) merupakan salah satu sektor yang banyak memanfaatkan teknolgi pengindraan jauh, yaitu mulai tahap eksplorasi, produksi, sampai pada tahap distribusi. Laboratorium pengolahan citra yang dikelola oleh industri migas telah memanfaatkan teknologi ini dalam berbagai aktivitasnya, baik dalam kegiatan intern, penelitian bersama, maupun dalam rangka pelayanan jasa konsultasi teknologi kepada pihak luar.

3. Pemanfaatan Pengindraan Jauh dalam Perencanaan Kota

Untuk perencanaan kota diperlukan data tepercaya, terinci, dan mutakhir. Dengan demikian, pengindraan jauh sebagai satu-satunya pilihan. Dengan teknologi ini, kota dapat direkam secara cepat. Data yang diperolehnya menggambarkan wujud dan letak yang mendekati wujud dan letak bumi yang sebenarnya. Data yang direkam relatif lebih lengkap dibandingkan dengan cara-cara yang biasa digunakan. Benda atau fenomena yang relatif tidak terlalu kecil dan tidak terhalang oleh benda lain dapat direkam dan dikenali.

4. Pemanfaatan Pengindraan Jauh dalam Pengelolaan Hutan

Hampir semua ahli kehutanan mengakui bahwa pengindraan jauh merupakan sumber data yang efektif di bidang kehutanan. Para ahli kehutanan telah banyak menggunakannya dalam mempersiapkan peta mengenai tipe-tipe hutan. Rencana pembangunan jalan-jalan hutan, pembuatan tata batas, inventarisasi contoh-contoh tetumbuhan, dan kegiatan-kegiatan kehutanan lainnya.
Foto pemanfaatan pengindraan jauh dalam pengelolaan hutan
Foto pemanfaatan pengindraan jauh dalam pengelolaan hutan

Kegiatan pemerolehan data kehutanan yang semula dilakukan dengan cara manusia, dengan hadirnya teknologi pengindraan jauh, tugas-tugas ahli kehutanan menjadi lebih mudah. Tetapi, tidak semua tugasnya terbantu oleh kehadiran teknologi ini. Pengukuran-pengukuran yang lebih teliti, misalnya mengenai diameter pohon, kelas, bentuk, serta cacat buatan hanya mungkin dilakukan di lapangan. Dengan demikian, pengindraan jauh digunakan untuk melengkapi, memperbaiki, atau mengurangi pekerjaan lapangan dan bukan sepenuhnya untuk mengganti pekerjaan lapangan tersebut.

Berdasarkan ketinggiannya, wahana terbagi 3 kelompok:
a. Pesawat terbang rendah dan medium, yaitu ketinggian 1.000 – 9.000 meter, citra yang dihasilkan adalah foto udara.
b. Pesawat terbang tinggi dengan ketinggian 18.000 meter, citra yang dihasilkan adalah multispectral scanners data.
c. Satelit dengan ketinggian 400 km, citra yang dihasilkan adalah citra satelit.

5. Pemanfaatan Pengindraan Jauh dalam Survei Arkeologi

Foto pemanfaatan pengindraan jauh dalam survei arkeologi
Foto pemanfaatan pengindraan jauh dalam survei arkeologi
Ketidakjelasan lokasi dan data letak benda-benda peninggalan sejarah mendorong para arkeolog untuk memanfaatkan teknologi pengindraan jauh. Dengan teknologi ini, kegiatan survei arkeologi akan lebih cermat dan lebih mudah. Beberapa temuan yang diperoleh dengan bantuan pengindraan jauh, yaitu:
a. teridentifikasinya lokasi Banten Girang sebagai pusat pemukiman masa lampau;
b. teridentifikasinya parit-parit yang melingkari Kraton Surowangsan; serta
c. teridentifikasinya lingkungan situs Tirtayasa yang diperkirakan sebagai bagian dari Kraton Banten Tirtayasa.

6. Pemanfaatan Pengindraan Jauh dalam Kegiatan Militer

Foto pemanfaatan pengindraan jauh dalam militer
Foto pemanfaatan pengindraan jauh dalam militer
Kedigdayaan suatu negara dalam bidang militer, saat ini tidak lagi ditentukan oleh lengkap tidaknya persenjataan tempur, melainkan juga ditentukan oleh ada tidaknya data citra satelit militer misalnya. Hal ini sudah dibuktikan:
a. perang Irak dengan sekutu Kuwait,
b. tertembaknya tokoh pejuang Republik Chechnya,
c. Foto Pentagon di Amerika Serikat

Langkah-langkah Pengindraan Jauh

Langkah-langkah pengindraan jauh pada umumnya meliputi enam tahap. Secara garis besar, tahap-tahap tersebut diuraikan sebagai berikut.

1. Perumusan dan Tujuan

Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan, misalnya erosi tanah, penebangan hutan, dan pencemaran lingkungan. Masalah harus dirumuskan dengan jelas, karena hal itu merupakan landasan bagi penyusunan tujuan yang ingin dicapai.

2. Evaluasi Kemampuan

Setelah masalah dan tujuan dirumuskan dengan jelas, langkah berikutnya adalah penelitian terhadap kemampuan dalam pelaksanaannya. Yang perlu dinilai di antaranya kemampuan tim pelaksananya, alat dan perlengkapan, waktu, serta dana yang tersedia. Antara kemampuan dan tujuan harus sesuai. Bila tidak sesuai, kemampuan harus ditingkatkan atau tujuannya harus ditinjau kembali, misalnya dengan penyederhanaan masalah atau tujuan,

3. Pemilihan Cara Kerja

Cara kerja yang dipilih harus sesuai dengan tujuan, jangan sampai bertolak belakang. Untuk itu, diperlukan pengetahuan yang memadai mengenai masalah serta objek yang akan diteliti.

4. Tahap persiapan

a. Penyiapan Data Acuan
Data acuan ialah data yang bukan berasal dari citra pengindraan jauh, akan tetapi data itu diperlukan dalam interpretasi citra. Data acuan itu dapat berupa monografi daerah, laporan penelitian, kertas kerja, majalah atau buku, dan peta. Data-data tersebut diperlukan untuk menunjang terhadap interpretasi citra dan pengindraan jauh.

b. Penyiapan Data Pengindraan Jauh
Data pengindraan jauh ialah hasil perekaman objek dengan menggunakan sensor buatan, misalnya: berupa citra foto, citra nonfoto, atau numerik. Data pengindraan jauh yang akan dipersiapkan harus sesuai dengan tujuan dan kemampuan penelitian.

c. Penyiapan Mosaik
Mosaik foto ialah serangkaian foto dari suatu daerah yang disusun menjadi satu lembar foto. Penyusunan ini dimaksudkan untuk menggambarkan daerah penelitian secara utuh.

d. Orientasi Medan
Pekerjaan ini dilakukan dengan observasi langsung ke medan penelitian, yang bertujuan untuk mencocokkan wujud medan (objek) yang tergambar di foto dengan objek yang sebenarnya. Orientasi medan perlu dilakukan apabila:
  1. tidak adanya data acuan, dan
  2. objek yang tergambar pada foto sulit diinterpretasi.

5. Interpretasi data

Data pengindraan jauh dapat berupa angka-angka (data numerik) atau pun berupa data visual. Dalam langkah ini, data tersebut diinterpretasi atau dianalisis menjadi informasi yang nantinya diperlukan untuk kepentingan-kepentingan tertentu.

6. Laporan

Laporan hasil penelitian pengindraan jauh sangat bergantung pada jenis penelitiannya. Laporan hasil penelitian murni akan berbeda dengan hasil penelitian terapan. Perbedaan tersebut, terutama terletak pada analisisnya. Bagi penelitian murni, analisisnya berkisar pada bidang pengindraan jauh itu sendiri. Sedangkan bagi penelitian terapan, diarahkan untuk membantu terhadap suatu kepentingan tertentu.

Bentangan Alam dan Bentangan Budaya sebagai Hasil Pengindraan Jauh

1. Bentangan Alam sebagai Hasil Pengindraan Jauh 

Hasil pengindraan jauh terhadap beberapa bentangan alam dapat dideskripsikan sebagai berikut.
a. Bumi
Bentuknya bulat, terdapat berbagai bentuk relief atau bentuk lahan seperti: gunung api yang tampak seperti kerucut, dataran pantai yang tampak melingkari laut, tanggul alam berbentuk lingkaran berisi air yang di pinggirnya dilapisi tembok.

b. Wilayah Indonesia
Wilayah Indonesia bentuk luarnya memanjang, terdiri atas deretan pulau-pulau, dikelilingi oleh rona biru laut.

c. Hutan Mangrove
1) ronanya tampak cerah, sedikit lebih gelap dibanding kenampakan nipah;
2) teksturnya kasar, sangat berbeda dengan kenampakan tekstur pada pohon-pohon sekitarnya;
3) polanya memanjang, mengikuti garis pantai;
4) mangrove hidup pada ekologi pantai dan daerah rawa.

d. Gunung Api
Gunung api berbentuk kerucut, sedangkan kipas aluvial berbentuk segi tiga yang alasnya cembung.

e. Kebun Karet
Tampak gelap, pola dan jarak tanamnya teratur, serta ketinggiannya pun seragam.

2. Bentangan Budaya sebagai Hasil Pengindraan Jauh

Bentangan budaya, seperti daerah transmigrasi, pemukiman kumuh, lapangan sepak bola, rumah, terowongan, bandar udara, stasiun kereta api, dan atap yang merupakan hasil pengindraan jauh dapat terlihat sebagai berikut.

a. Daerah Transmigrasi
Polanya teratur, yaitu dengan rumah yang berukuran sama, jaraknya seragam, dan masing-masing menghadap ke jalan.

b. Pemukiman Kumuh
1) rumah-rumah berukuran kecil;
2) kepadatan rumah tinggi;
3) atap terbuat dari genting, asbes, seng, jerami, (serba aneka);
4) pola jalan internal tidak teratur;
5) adanya kakus umum.

c. Lapangan Sepak Bola
Bentuknya persegi panjang, dikelilingi tembok, rona cerah oleh rumput, teksturnya halus.

d. Rumah
Bentuknya persegi panjang, pada umumnya ditanami tanaman hias atau tanaman pekarangan, ukurannya relatif lebih kecil daripada kantor atau pabrik.

e. Terowongan
Wujudnya seperti jalan, tetapi hilang di suatu titik dan kembali tampak seperti jalan lagi pada titik lain.

f. Bandar Udara
Tampak jelas, yaitu berupa landasan yang lurus dan lebar dengan pola yang teratur.

g. Stasiun Kereta Api
Tampak jelas rel kereta api yang berbentuk garis.

h. Atap
Atap seng dan asbes yang masih baru tampak dengan rona putih, sedangkan atas sirap ronanya hitam, Genting yang masih baru tampak kelabu cerah, sedangkan rona genting lama berkisar antara kelabu hingga kelabu hitam.